DMZ | 20. Sebuah Kabar

4K 470 116
                                    

Thank you spam komennya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you spam komennya!

- - -

“Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar, maka Allah akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu wa ta'ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) daripada (sifat) sabar.” (HR. Al Bukhari).

- - -

“Abang, Zidan enggak mungkin pergi, ‘kan? Zi—Zidan udah janji akan datang hari ini untuk menikahi Khayla. Zidan udah janji buat jagain Khayla, hiks … Zidan enggak boleh pergi! Hari ini Zidan ‘kan mau menikahi Khay ….” Khayla terus saja bermonolog di pelukan Farel, membuat Irlen semakin sesak.

“Ya Allah,” lirihnya. Entah sudah berapa kali ia berlirih.

“Khay belum siap kehilangan Zidan, Bang ….” Terlalu sesak untuk sekadar diungkapkan. Khayla Adiba Syahla, nama yang seharusnya Raka sebut dalam ikrar suci itu malah harus menerima luka baru. Padahal, kepingan angan menggambarkan kebahagiaannya hari ini meskipun Khayla belum tahu siapa perempuan yang bersama Raka kemarin.

Andi dan Reza langsung pamit untuk memastikan ke bandara. Kacau sudah angan mereka hari ini. Ini sudah kedua kalinya Khayla sesak dengan pernikahannya yang belum juga terealisasikan.

Jangan ambil Zidan dulu, Ya Allah,” lirih Khayla dalam hati.

***

Dua jam sudah kepergian Andi dan Reza yang belum membuahkan kabar. Khayla tak henti-hentinya berdoa dengan doa yang sama.

“Bang, sudah dua jam, tapi ... Reza dan Andi belum memberi kabar,” lirih Khayla. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain berdoa kepada-Nya.

Hingga saat dirinya sudah kehilangan tenaga untuk bangkit, suara yang ia angankan membuyarkan lamunannya.

“Assalamualaikum.”

Deg. Semuanya tersentak. Kedatangan Andi dan Reza yang membawa sebuah kabar baik langsung membuat Khayla, Arini dan Irlen kembali menumpahkan air matanya.

“Masyaallah,” lirih Khayla. Entah kekuatan dari mana ia langsung bangkit mendekati Raka yang tampak tersenyum.

“Zi—Zidan?! I—ini benaran ka—kamu? Masyaallah ….” Raka tersenyum sambil mengangguk.

“RAKA!” teriak Irlen dan Arini yang langsung memeluk Raka di hadapan Khayla.

“Masyaallah, Raka, gimana kamu bisa sampai di sini, Nak?” ujar Irlen setelah melepaskan pelukannya.

“Zidan,” lirih Khayla seolah ikut meminta pejelasan.

Raka tersenyum menatap Khayla yang sebentar lagi akan menjadi istri sahnya.

Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang