Nb : typo bertebaran
Duduk di dalam ruangannya dengan kesendirian dan ditemani secangkir teh panas, Suho mecoba focus membaca berkas-berkas di atas meja kerjanya. Namun sekeras apapun untuk mencoba pada akhirnya akan menghela nafas berat lagi dan lagi.
Benar, Suho merasa frustasi dan kuwalahan menghadapi tingkah laku istrinya yang menyebalkan disaat hamil. Semakin tua usia kandungan istrinya, semakin menjengkelkan pula tingkah istrinya, suka merajuk dan selalu meminta hal-hal yang aneh. Tidak ingin lepas sedikitpun dari sisi Suho.
Beberapa kali Irene selalu mengikutinya ke kantor, ke tempat gym, istrinya itu juga selalu ikut masuk ke dalam kamar mandi untuk menemaninya. Oke kalau hanya mengikuti dan diam saja tidak masalah, tapi tingkah istrinya ini benar-benar kelewatan, membuatnya malu, rasanya ingin menenggelamkan diri ke laut.
Beberapa waktu yang lalu Irene bahkan mengikutinya saat rapat. Memeluk erat lengannya dan sesekali menciumi ketiaknya dihadapan kolega dan karyawannya. Astaga demi kolor macan Han Seojun, Suho benar-benar malu! Dia benar-benar kehilangan wibawanya di hadapan karyawannya!
Jika Suho menegur tingkah aneh Irene, Irene akan merajuk sampai berhari-hari dan berakhir dia mendapat omelan dari ibunya karena sering membuat menantu kesayangannya itu menangis.
Hey bu, seharusnya yang menangis itu anakmu bukan Irene, anakmu ini yang selalu dibuat malu oleh menantu kesayanganmu itu! Suara hati Suho yang tak pernah tersampaikan
Seperti sekarang, jika Suho penakut mungkin dia akan menganggap dirinya sedang diganggu oleh makhluk halus, karena pintu ruang kerjanya yang awalnya tertutup menjadi sedikit terbuka. Tapi tidak, seseorang yang mengintip seperti anak-anak membuatnya lagi-lagi mendesah lelah. Dalam hati dia mulai berhitung…..
Lima…
Empat…
Tiga…
Dua…
Sa__
“Tuan Kim…. Tuan Kim…. tolong selamatkan aku, ada yang ingin menculikku dan memotong leherku. Mereka akan menggantungnya di Namsan Tower”
See!
Irene berteriak heboh diimbangi dengan lari kecilnya untuk meyakinkan Suho, jika seseorang benar-benar mengikutinya. Tapi seberapa keras pun Irene berusaha, Suho tidak bisa dibohonginya lagi. Suho sudah benar-benar kebal!
“Ayolah sayang, tidak akan ada yang berani menculikmu. Berhenti melihat drama bodoh itu”
Ucap Suho meraih tangan Irene, membantunya duduk diatas pangkuannya. Dirinya rela berpura-pura menjadi idiot demi mengikuti permainan bodoh Irene jika tidak ingin berakhir dengan omelan ibunya.“Mereka memakai masker hitam, lihat… lihat” lanjutnya lagi menunjuk pintu ruang kerja Suho
“Tidak akan ada yang mau menculikmu sayang, kau itu berat. Mereka tak akan kuat menggendongmu”
Oh Tuan Kim, mulutmu! Lihat! Dalam sekejap ekspresi pura-pura takutnya berubah menjadi tatapan tajam mengintimidasi.
“Lalu kenapa kalau aku berat? Kau menyesal menikahiku?! Siapa yang dulu menyuruhmu untuk menghamiliku?!”
Kesalnya turun dari pangkuan Suho, memberikan jarak diantara keduanya. Mengabaikan tatapan tidak percaya Suho atas ucapannya,
Untuk saat ini jika diperbolehkan rasanya Suho ingin berteriak mengatakan, kucing mana yang tidak tergoda diberikan ikan asin, yang diperparah ikan asin itu berusaha lebih dulu menggodanya?! Tapi kalimat itu hanya tertahan di tenggorokannya, dia tidak mungkin mencari masalah lagi dengan istrinya.