Nb : typo
Gadis itu meringkuk sendirian di dalam kamarnya dengan keadaan gelap dan air mata yang setia menemaninya. Hatinya sakit remuk redam membaca berbagai macam berita tentang scandalnya, yang jelas-jelas sangat bertolak belakang dengan kejadian yang sebenarnya. Semua isi berita itu rata-rata menyudutkannya dan menyalahkan semua tindakan yang dilakukannya. Tidak sampai disitu, hate komen membanjiri kolom instagramnya atas permintaan maaf yang dilakukannya.
Dia mengakui dia memang salah, tapi apakah mengutarakan ketidaknyamanan dan mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri dan juga adik-adiknya juga merupakan kesalahan fatal? Apakah dia benar-benar tidak boleh melakukan itu semua? Apakah dia harus tetap diam saja?
Jemarinya masih dengan lincah menscroll komentar-komentar yang ditujukan untuknya, matanya dengan jeli membaca setiap kata yang diketik oleh netizen.
- Cih, aku sih tidak heran lagi dengannya jika berperilaku seperti itu
- lebih baik kau tinggalkan red velvet!
- Tidak apa-apa unnie hal seperti itu manusiawi, semangat !
- Heol, ternyata kau hanya menggunakan topeng selama ini, akhirnya perilaku burukmu terbongkar juga hahahaha
- Kau sungguh menjijikkan !
- We love you unnie, fighting !
Sudah. Cukup sudah dia membaca semua komentar-komentar kebencian itu. Salah satu tanganya mengusap air matanya dengan kasar dan tangan satunya lagi dia gunakan untuk menutup mulutnya sendiri agar tangisannya tidak didengarkan oleh adik-adiknya. Dengan gemetar dia menonaktifkan semua media sosialnya dan juga ponselnya.
Dia duduk termenung memikirkan banyak hal yang telah terjadi, teguran yang dia lakukan telah melukai dan mengecewakan banyak pihak khususnya reveluv dan keempat adiknya.
Apa yang harus aku lakukan?
"Unnie... keluarlah sebentar saja, unnie belum makan sejak tadi pagi"
"Unnie..."
Masih sama, tidak ada sahutan.
Sejak pulang dari agensi dan menemui seseorang, Irene mengurung dirinya di dalam kamar membuat Joy khawatir dengan keadaannya. Mungkin Joy tidak akan sekhawatir ini jika kedua unnienya juga ada di dorm. Masalahnya unnie nomor duanya sedang ada acara individu sedangkan unnie ketiganya masih harus memulihkan keadaanya di rumah orang tuanya. Dan kini hanya tinggal dirinya dan adik bungsu mereka Yeri.
"Bagaimana? Irene unnie masih tidak merespon?" tanya Yeri dengan wajah yang kentara dengan kekhawatirannya
"Haruskah kita menelfon Seulgi unnie untuk cepat kembali?" tanyanya lagi yang direspon gelengan kepala dari Joy
"Unnie... Keluar sebentar saja, Yeri mohon" bujuk Yeri masih berdiri dibalik pintu kamar Irene yang tertutup rapat.
"Baiklah jika unnie tidak ingin, jika butuh sesuatu panggil kami" setelah itu mereka berdua meninggalkan kamar Irene dan menunggu dengan gelisah di depan tv sesekali menatap bergantian pintu dorm dan kamar Irene.
"Aku pulang..." seru Seulgi memberitahu kedatangannya, tapi hening. Tidak ada yang menyahuti. Jika biasanya unnienya akan menyambutnya dengan senyuman dan adik-adiknya akan membrondong dengan pertanyaan bawa makan apa, sekarang tidak lagi. Keadaan sudah berbeda!
Disana, di sofa itu Seulgi melihat kedua adiknya tertidur dengan posisi duduk dan dia alihkan fokusnya ke kamar yang sejak siang tadi terkunci rapat belum terbuka sama sekali membuat hatinya teriris.