4.1 Pra-Dewasa

1.1K 131 81
                                    

Nb: typo





Hari ini genap satu bulan Yeri menjadi salah satu siswi Junior High School. Level sekolahnya sudah naik satu tingkat. Sikapnya pun juga sudah harus berbeda. Tapi tidak dengan Yeri, yang awalnya masih bocah sekarang pun juga masih dikatakan bocah. Dan tolong jangan pernah menyalahkan Yeri! Mungkin ini dikarenakan lingkungan mendukung yang menyebabkannya masih seperti anak kecil. Sangat manja, polos dan menggemaskan meskipun dirinya sudah beranjak remaja. Seluruh keluarganya selalu memperlakukan Yeri bak anak usia 5 tahun. Yeri selalu dimanja dan yang paling penting keluarganya sangat overprotectiv dengan gadis kecil itu, sehingga wajar jika Yeri sangat kekanakan.

Seperti sekarang ini, dengan pekerjaan paling mudah yang semua orang dapat melakukannya tapi dia harus mengandalkan Irene untuk membantunya mengikat rambut.

"Nah sudah selesai, adek bisa pakai sepatunya lalu kita sarapan" ucap Irene setelah selesai dengan salah satu tugas pagi harinya

Yeri melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya tidak bersemangat, entah kenapa dua hari ini moodnya sangat jelek. Jika ada suatu hal yang tidak dikehendakinya atau dia melakukan kesalahan tidak disengaja dia akan berujung menangis jengkel.

"Hei bagaimana sudah mengerjakan tugas dari Yuri ssaem belum?" tanya seorang gadis yang bername tag Woonyoung teman sekelas Yeri

Yeri menganggukan kepalanya, "Iya yang 10 soal itukan? Aku sudah selesai" jawab Yeri seraya mengeluarkan buku tugasnya untuk ditunjukkan ke Woonyoung

Woonyoung mengerutkan dahinya tidak mengerti, "Sepuluh soal? Sejak kapan? Jangan ngaco Yer, Yuri ssaem hanya memberikan lima soal matematika saja dan soalnya juga tidak beranak kok. Jangan bilang  kamu salah mengerjakan soalnya?" tanyanya menyelidik menatap wajah Yeri yang tiba-tiba pucat pasi

"Yang dikerjakan halaman 19 kan?" tanya Yeri dengan raut wajah kentara sangat khawatir jika dia benar-benar salah mengerjakan tugas

Woonyoung menggelengkan kepalanya pelan lalu mengambil buku tugasnya dan dia tunjukkan pada Yeri, "Yang dikerjakan halaman 9 Yeri bukan 19, bahkan yang kamu kerjakan itu materinya belum disampaikan"

"L-la-lalu ba-bagaimana sekarang? Aku salah mengerjakan, aku gak mau dihukum, bagaimana ini?" suaranya terbata dan mata Yeri sudah memerah siap menumpahkan air matanya jika saja Woonyoung tidak menenangkan dan membantunya

"Hei jangan nangis dulu, haduh Yeri... sudah tenang saja lebih baik kamu salin saja tugasku mumpung masih 20 menit sebelum bel masuk berbunyi" bujuk Woonyoung panik karena melihat Yeri menangis

Dengan terisak Yeri menyalin jawaban Woonyoung, dia merasa ceroboh kali ini dan dia juga merasa bersalah menyalin jawaban temannya hanya untuk menghindari hukuman.

"Sudah jangan nangis lagi, hapus air matanya sebentar lagi Yuri ssaem masuk. Aku gak mau ya nanti dituduh buatmu nangis"

Yeri segera mengusap air matanya dan menatap temannya tersenyum merasa beruntung memiliki teman yang mau menolongnya, "Emb terimakasih ya dan maaf jawabanmu aku salin" ucap Yeri pelan

"It's okey kita kan teman jadi harus saling membantu"

***

"Bagaimana sayang hari ini sekolahnya?" tanya Irene menyamakan posisi duduknya dengan Yeri diatas ranjang anaknya itu

"Buruk ma" jawab Yeri pelan seraya meletakkan kepalanya diatas pangkuan mamamnya dan mulai mendusel-ndusel perut Irene yang terhalang kaos.

"Kenapa?"

"Adek salah mengerjakan tugas matematika"

"Adek dihukum?"

Yeri menggelengkan kepalanya, "Woonyoung membantu adek untuk menyalin jawabannya"

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang