2.7 Berkemah (1) ⛺

1.4K 146 20
                                    

"Sudah dong dek cemberutnya, gak malu itu dilihatin temannya" tegur Irene tanpa mengalihkan perhatiannya dari selembar kertas yang dibawanya, sibuk mengecek kembali kebutuhan yang akan dibawa Yeri berkemah.

Meskipun tadi sudah ditegur sang ibu, Yeri masih saja mengerucutkan bibirnya tidak peduli. Yeri jengkel dengan tingkah laku Irene yang menurutnya sedikit berlebihan.

"Nah sudah selesai, buruan adek gabung sama temannya"

"Gak mau"

"Kenapa gak mau? Kemarin minta mama buat diizinkan ikut kemah, setelah diizinkan kenapa tiba-tiba tidak mau?" tanya Irene bingung menatap Yeri yang malah memalingkan wajah dan mulai mendekati suaminya.

"Pa, adek gak mau, bilangin ke mama ya?" rengek Yeri

Suho menghela nafasnya pelan, mengusap kepala Yeri dan mulai memfokuskan perhatiannya pada Irene

"Mah, si adek gak mau dan menurut papa ini berlebihan"

"Berlebihan apanya sih pa? Menurut mama gak berlebihan tuh"

'Ya Tuhan kenapa aku punya istri yang sangat keras kepala sekali sih' batin Suho menatap Irene dengan wajah memelas

"Mah, ini adek mau kemah bukan ke luar negeri dan itu cuma 3 hari  2 malam, astaga..lihat apa yang mama lakukan ini berlebihan" tunjuk Suho pada tiga koper yang sudah disiapkan Irene untuk dibawa Yeri berkemah.

"Itu semua kan yang sering digunakan adek di rumah dan pasti akan dibutuhkan disana juga" bela Irene tidak mau kalah

"Tolong dong mah, adek nanti malah kerepotan dan gak bisa bersenang-senang"

"Iya mah, adek gak mau bawa itu semua dan pasti tempatnya nanti gak akan cukup"

"Huft gak anak gak bapak sama aja susah diatur, baiklah-baiklah akan mama kurangin jadi dua koper bagaimana?" tawar Irene

"Mamah adek gak mau ya gak mau!" teriak Yeri tanpa sadar yang membuat mereka menjadi tontonan orang-orang disekitarnya.

Mengetahui ada keributan kecil membuat seseorang berjalan mendekati keluarga Suho.
"Permisi" sapanya dengan ramah membuat Suho dan Irene mengalihkan perhatiannya dan menatap seseorang yang menyapa mereka yang diketahui berspesies wanita itu.

Dengan tersenyum canggung Suho membalas sapaan wanita itu, yang lantas dihadiahi tatapan tajam dari Irene.

"Maaf sebelumnya, tapi tadi saya mendengar sedikit keributan kalau boleh tau apa yang terjadi ?" tanyanya masih dengan nada yang ramah

"Kalau boleh tau anda siapa? Kenapa ingin tau sekali urusan keluarga saya?" tanya Irene dengan ketus, disisi lain Yeri menepuk pelan dahinya karena ucapan mamahnya yang sangat tidak bersahabat pada wanita yang ia ketahui adalah guru yang akan membinanya selama berkemah nanti.

"Ah iya sebelumnya perkenalkan nama saya Lee Sora dan saya guru yang akan membina anak anda selama berkemah" jelas Sora yang masih mempertahankan senyum dibibirnya.

"Siapa? Sora? Lee Sora?" tanya Irene memastikan karena dia takut kalau telinganya bermasalah sehingga dia bisa saja salah mendengar.

"Ah iya itu benar, nama saya Lee Sora" ulangnya sekali lagi

Dengan tatapan yang semakin menajam, Irene memindai Sora dari atas kepala sampai kakinya, menilai dengan dirinya sendiri lebih menarik dia atau wanita yang bernama Sora ini, dan itu membuat Sora menjadi sedikit risih dengan apa yang dilakukan ibu dari muridnya ini.

"Mah, jangan seperti itu, gak sopan" Tegur Suho pelan yang dihadiahi dengusan dari Irene

"Maafkan istri saya songsaenim, kalau boleh tau ada apa anda kemari?" tanya Suho seramah mungkin

"Saya ingin memanggil Yeri untuk bergabung dengan teman-temannya untuk mendengarakan pengarahan selama berkemah nanti"

"Ah benarkah? Kalau begitu, si adek bisa ssaem bawa. Ayo dek ikutin ssaem nya" Suho mendorong tubuh Yeri dengan pelan ke hadapan Sora

"Sayang jangan lupa barangnya dibawa" ingat Irene pada Yeri

"Tapi Yeri gak mau mah kalau bawa koper sebanyak ini dan Yeri sudah bawa ransel yang sudah memuat kebutuhan Yeri selama disana" rengek Yeri lagi

"Nanti kalau adek butuh apa-apa dan barang yang dibutuhkan adek gak ada gimana? Mamah kan khawatir nak"

"Adek gak mau ya gak mau mah"

"Dek__"

"Sebelumnya mohon maaf, tapi yang dikatakan Yeri itu benar, satu ransel sudah cukup menurut saya, kasihan nanti kalau bawa banyak koper, Yeri akan kerepotan sendiri" Jelas Sora dengan sabar. Sebenarnya Sora ingin sekali tertawa melihat apa yang dilakukan Irene, tapi itukan gak sopan jadi dia tahan saja dulu tawanya.

"Lalu apa gunanya ada guru, kan mereka bisa membantu membawakan barang-barang muridnya" ucap Irene yang mulai jengkel atas jawaban-jawaban yang diberikan Sora

"Tapi nyonya tugas seorang guru tidak hanya membantu membawakan barang-barang muridnya, melainkan__"

"Sudah cukup, anda bisa membawa Yeri ssaem" potong Suho cepat sebelum terjadi perdebatan yang semakin sengit antara istrinya dan guru Yeri yang merupakan mantan pacarnya itu.

"Mamah, papa adek berangkat dulu ya" pamit Yeri mencium kedua pipi orang tuanya dan juga tangannya, kemudian melambaikan tangannya dan perlahan meninggalkan Suho Irene untuk bergabung dengan teman-temanya.

"Kalau begitu saya juga pamit, permisi" ucap Sora meninggalkan kedua orang itu

"Seneng pa? Iya seneng bisa ketemu mantan setelah sekian lama gak ketemu? Gak usah tebar pesona sok cool gitu ya, anak sudah dua juga" omel Irene

"Sudah mah gak usah dibahas kenapa sih? Suka banget mengungkit masa lalu papa. Lagian Sora juga sudah menikah"

"Belain aja terus"

"Astaga gak gitu mah"

"Terserah" ucap Irene final memasuki mobil dengan menutup pintu yang mengeluarkan bunyi keras.

"Untung mobil mahal" gumam Suho pelan

Tbc



Tatapannya itu loh 😳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapannya itu loh 😳




Berikan vote dan comment nya, terimakasih ^_^

~25 Juni 2020~

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang