Nb :
~Part ini penuh dengan drama, jika tidak suka mohon di skip saja~Typo bertebaran
Setelah menutup pintu dan mengunci nya tubuh Yeri langsung merosot jatuh ke lantai menangis terisak dengan kepala yang di sembunyikan pada kedua lututnya yang ditekuk. Hatinya sungguh sakit kenapa mama dan papa nya mengingkari janji yang telah mereka buat. Yeri tau dia hanyalah seorang anak kecil yang ucapannya masih dipandang sebelah mata, tapi apakah keinginan kecilnya juga tidaklah penting untuk mereka orang dewasa?
Pikiran yang awalnya sudah kalut menjadi semakin kalut setelah mengetahui dan mendengarkan percakapan para orang dewasa di kamar orang tuanya
"Bagaimana bisa unnie? Apa yang sudah unnie lakukan sampai bisa seperti ini? Sudah berapa hari mulai merasakannya?" tuntut Seulgi meminta penjelasan dengan banyak pertanyaan yang dilontarkan dalam sekali tarikan nafas
"Seul, tenanglah unnie mu memang sibuk belakangan ini jadi mungkin dia beberapa kali melupakannya, dan oppa minta maaf telah mengabaikan unnie mu", itu jelas suara papa nya Yeri sangat mengenalinya 'tapi kenapa papa minta maaf?'
"Oppa tidak tau betapa khawatirnya anak-anakmu terutama Yeri. Jika sudah seperti ini bagaimana? Jangan sampai apa yang ada dalam pikiran anakmu menjadi kenyataan, apalagi__"
Sudah cukup Yeri tidak ingin mendengarkan lebih lanjut pembicaraan aunty dan orang tuanya. Yeri sudah cukup paham dengan apa yang mereka bahas dan dirinya juga sudah terlalu kecewa dengan janji kedua orang tuanya.
Tok...tok....tok....
Tidur Yeri terganggu saat seseorang mengetuk pintu dan memanggil namanya berulang kali,
"Dek, adek tidur? Kenapa belum keluar kamar juga? Adek belum makan loh dari sepulang sekolah tadi. Keluar sebentar yuk" bujuk Seulgi khawatir dengan keadaan Yeri yang sejak pulang dari sekolah menjadi lebih pendiam
Jam berapa ini kenapa aunty nya belum pulang? Berapa lama dia berdiam diri di kamarnya? Setelah rasa linglungnya sudah berkurang kemudian Yeri mencari keberadan ponselnya dan sedikit terkejut karena ternyata sekarang sudah menunjukkan pukul 8 malam itu artinya dia sudah tidur selama empat jam.
Mengabaikan panggilan dari aunty nya Yeri lebih memilih memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Kenapa jadi bengkak seperti ini" gumamnya pelan melihat ke arah cermin yang menampilkan wajah kusut serta mata yang membengkak.Sepertinya pagi ini keluarga Kim sudah kembali seperti hari-hari sebelumnya. Meja makan yang sudah tersaji beberapa hidangan untuk sarapan serta kursi yang sebelumnya kosong sekarang sudah terisi dengan pemiliknya yang kemarin katanya sakit.
Meskipun belum bisa menjalankan kewajiban sebagai ibu rumah tangga setidaknya Irene sudah bisa menemani keluarganya untuk menyantap sarapan pagi. Gelak tawa terdengar dari sang kepala rumah tangga saat anak sulungnya menceritakan kejadian lucu di sekolahnya kemarin, begitupun tawa dari sang mama yang mengalun terdengar walaupun pelan.
Tapi sepertinya keceriaan itu tidak berlaku pada bungsu keluarga Kim ini, sejak bangun tidur wajahnya sudah menandakan tidak ada senyum yang menghampiri sampai saat dia menginjakkan kaki nya dalam ruang makan wajah murung selalu menemaninya.
"Sayang, mama kangen banget sejak kemarin adek belum menengok mama" sapa Irene langsung memeluk bocah kesayangannya ini
Yeri hanya menggangguk-anggukan kepalanya mendengar sapaan dan pelukan dari Irene.
"Adek mau makan yang mana sayang? Roti strawberry mau?" tawar Irene yang lagi-lagi dijawab dengan sebuah anggukan kepala
"Mama makan juga dong, dari tadi masak cuma ngambilin makan saja sih" itu suara Wendy yang lantas membantu mengambilkan makanan untuk Irene