➤ ; 01 ‧ Void dan House ‧ 🍀 -

3.3K 395 71
                                    

- [Name]'s POV -

Bagaimana rasanya terjebak ditempat tanpa cahaya? Kamu bahkan tidak tau kamu masih memijak tanah atau tidak, tidak tau jika masih membuka mata, tidak tau pukul berapa ini.

Hai, aku [Name]--lengkapnya [Fullname], seorang gadis SMA biasa yang kehidupannya begini-begini saja. Aku bersekolah di SMA khusus bahasa. Aku menyukai anime sejak awal masuk SMP. Karena sekolah bahasa memberimu pelajaran yang boleh kamu ikuti dengan bebas. Aku mengambil 3 mata pelajaran. Bahasa dan Sastra Prancis, Bahasa dan Sastra Jepang, serta Bahasa dan Sastra Sunda. Oh, pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris serta Indonesia merupakan pelajaran wajib disekolah.

Ah, lupakan aku bukannya sedang mempromosikan sekolahku. Aku disana sejak masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar. Aku mulai menyelami dunia per-otaku-an sejak kelas 7. Awalnya aku di "racuni" oleh temanku yang merupakan otaku. Dia mengirimi pesan dengan 1001 judul anime. Bahkan diantaranya ada anime yaoi dan hen- oke, lewati bagian itu. Dan aku menonton beberapa anime yang menurutku menarik.

Lalu, aku menonton anime The Promised Neverland a.k.a Yakusoku no Neverland sekitar 1 atau 2 bulan lalu. Dan mulai bucin ke anak-anak umur 11-12 tahun itu. Ah, dan anak kecil yang manis, Phil. Oke-oke, jangan panggil FBI:)

Lalu entah apa dosa yang harus kutebus, aku tertabrak truk saat dalam perjalanan kesekolah. Sudah seperti dimanhwa dan anime isekai, bukan?

"Hei,"

Aku menjerit ketika ada suara perempuan serta tangan yang menyentuh pundakku.

"Tenang-tenang.."

Secercah cahaya muncul dibelakangku. Sontak aku menoleh. Ada perempuan berambut ungu gelap dan.. Hei! Mata Raspberry yang berkilau layaknya buah rasberi matang. Perempuan yang sempat kutemui diminimarket dekat apartemen malam itu. Berdiri dengan cahaya yang menyinari diatas kepalanya seperti lampu panggung.

"Cewek galah?" gumamku.

"Apa maksud, cewek galah?" balasnya kesal.

"Nggak, Kakak tinggi aj- EH?! Kakak, jelasin kenapa aku ada disini." kataku langsung.

"Ah, sebelumnya perkenalkan, Vidia."

"Aku gak nanya nama Kakak."

"Dingin banget, aku kedinginan nih~" balasnya malah dengan nada menggoda.

"Cepet ih!"

"Iya-iya.."

Perempuan yang mengaku bernama Vidia itu menjentikkan jari. Meja penuh manisan dan teh seperti yang kulihat dimanhwa isekai kerajaan muncul. Aku terduduk.

"Nikmati hidangannya, kamu gak sempat sarapan, 'kan sebelum berangkat sekolah?" ucapnya ramah.

Aku menatapnya tajam lalu melirik teh dalam cangkir.

"Gak Kakak kasih sianida, 'kan tehnya?"

"Hahaha, mana mungkin!"

Aku lantas mendelik dan menyesap tehku.

"Meski iya, kamu gak bakal mati kok. Kamu 'kan, udah mati,"

Aku tersedak teh mendengar ucapannya.

"Apa?!"

"Kamu. Udah. Mati."

Vidia duduk menyilangkan kakinya.

"Ya, kamu udah mati." ulang Vidia.

"Mati? Gara-gara truk sialan itu?!" tandasku gusar.

"Bukan. Kamu mati tepat sebelum truk itu mengenai badanmu."

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang