'Uhh.. Di mana aku?'
'Eh?'
'Aku tidur dan berjalan?'
Aku melihat sekeliling. Bukan pemandangan kamarku. Dan kusadari, aku tak dapat mengendalikan tubuhku sama sekali.
🔮🔮🔮
- Author's POV -
[Name] berusaha menghentikan langkahnya, tapi dia gagal, terus menerus gagal. Seperti ikan dalam akuarium. Tidak berdaya meski tempat itu adalah miliknya.
'Apa aku terkena kutukan? Ke mana tubuhku akan dibawa?' batinnya pada diri sendiri.
Dia menggeram. 'Aku tidak tahu di mana tempat kutukanku ditanamkan..'
Pandangan si gadis mulai menggelap. Tidak, dia tidak akan jatuh pingsan. Tempat yang ditujunya memang gelap. Ke jeruji besi yang gelap dan kosong. Dia merasakan ada tangan yang memasangkan rantai ke pergelangan tangan dan kakinya.
Perlahan tapi pasti, kendalinya akan tubuh miliknya sendiri mulai kembali. Dia dapat melihat seorang wanita bersurai hitam sedang tertawa melihat dirinya yang memberontak dari kekangan rantai.
"Siapa kau?!"
Wanita itu menyeringai. Dia membuka tudung yang menutupi kepalanya, memperlihatkan iris biru yang dingin. Juga surai hitamnya yang terlihat lebih jelas.
"Siapa kau?!" [Name] mengulang pertanyaannya.
"Ah, kamu tidak mengenalku."
"Perkenalkan, saya Siara Versachie alias Curse, Baroness Lisianthus." Curse membungkukkan badannya, memperkenalkan diri dengan nada sopan yang dibuat-buat.
[Name] menggeram. "Kamu mengutukku?"
"Tidak lebih dari menanamkan kutukan yang akan memusnahkanmu jika kau berani menapakkan kaki keluar dari sel ini." Dia memilin rambutnya. "Mengutukmu yang senang memberontak ini sangat merepotkan. Kamu tidak setenang predikatmu."
"Ngomong-ngomong, aku ingin mengajakmu bermain. Perang akan dideklarasikan tiga hari lagi, cobalah untuk melepaskan diri. Petunjuk, Vidia ditempatkan pada sel disampingmu."
"Permainan, di mulai!"
Curse menghilang seperti debu yang ditiup angin. [Name] mendengus. Dia mencoba mengalirkan mana ke telapak tangan. Namun, mana berhenti di pergelangan tangannya yang terikat rantai.
"Perempuan sialan itu.. Ternyata selama ini dia bersembunyi di kerajaan?"
Si gadis menggertakkan giginya. Dia menoleh ke arah tangannya yang terbelenggu. Rantai itu menahan mananya untuk mengalir dari pusat ke tujuan. Satu ide yang terlintas adalah dengan meledakkan mana yang sudah mengalir sampai pergelangan tangan.
Tapi mengorbankan tangan itu pilihan bodoh. Dia masih tidak bisa melepaskan diri karena luka. Selain itu, tangannya sudah tidak ada sehingga akan lebih sulit mengendalikan sihirnya.
"Bodo, tidur aja ah." [Name] baru saja akan memutuskan untuk tidur ketika seseorang memanggil namanya.
"[Name].."
"Siapa.. Vidia?"
"Iya,"
"Bagaimana suaramu bisa terdengar?" tanya [Name].
"Pesan suara. Pakai sihir.. Uhuk!"
"Aku akan memberikan instruksi.. Kamu pasti bisa melakukannya." Vidia berkata dengan suara serak. "Tidurlah, itu bisa membuat manamu kembali lebih cepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -
FanfictionTerombang-ambing disebuah tempat gelap tanpa ujung dan tidak mengenal waktu adalah hal yang tak menyenangkan. Apalagi setelahnya seorang perempuan berambut ungu gelap dan bernetra sewarna rasberi matang datang memberitahu bahwa kau telah mati dan ak...