➤ ; 34 ‧ Curse ‧ 🍀 -

494 88 10
                                    

Hei..

Kamu bisa mendengarku? Tidak?

Setidaknya, apa kamu melihat pesanku?

S̸̡̥̫͕͖̒̚V̴̢̞͔̥͚͖̰̦̖̼̹̲̈́̾̈́̉́͝͝Ơ̷̢̳̞̞̼̍̈́̿̊̎̇͊̑͠K̷̩̝̯̞͆̍ ̶̙̘̰̦̼̣̀̂̂̐̂͗̀̚Ň̸̛͈͙̝͇͙̉̊̂̅̄̓̀͒̽́̕͠V̵̧͎̦̯̰̦̼̭͇̬̆̋́͑̉͐̎̽́̈́̍̍́

Ya?

Kumohon.. 

[ S̸̼̙̭̟͖̣͓͓̤̓͐͛̈́̀V̴̥͍̯̦̣̗͖̜̭͕̩̱͂́̅̂̾́́̈́̋̂̈̽́̋͊͒̒̕͠ͅȮ̶̤̣̎K̷̪͈͕͇̦̬̝̤̣̮͕̱͇̱̣̯͚̓͜ͅ ̶̡̨̦́̏͛̀͋͋́̓̈̚̕͝Ņ̵̨̛̛̦̹̜̺̍͋͑̉̋̈́͆̿̑̓̏̽͋̌̚̕̕̕V̸͓̹͗̎͗̉̍̍̄͘͘ / S̸̼̙̭̟͖̣͓͓̤̓͐͛̈́̀V̴̥͍̯̦̣̗͖̜̭͕̩̱͂́̅̂̾́́̈́̋̂̈̽́̋͊͒̒̕͠ͅȮ̶̤̣̎K̷̪͈͕͇̦̬̝̤̣̮͕̱͇̱̣̯͚̓͜ͅ ̶̡̨̦́̏͛̀͋͋́̓̈̚̕͝Ņ̵̨̛̛̦̹̜̺̍͋͑̉̋̈́͆̿̑̓̏̽͋̌̚̕̕̕V̸͓̹͗̎͗̉̍̍̄͘͘ ]

🔮🔮🔮

"Peace?"

"Saya ada tanggapan soal perang ini."

Sekarang, aku sedang ada pertemuan semacam rapat untuk para petinggi di dunia roh. Selain tujuh kebajikan besar, ada juga beberapa roh lain yang dapat posisi sebagai.. Sebut saja semacam politikus.

"Dipersilakan bicara."

Aku mengambil napas. "Saya keberatan dengan perang."

Mata kosong para roh menatapku. Menyeramkan, pikirku. "Ada alasan?"

"Saya ingin kita menyelesaikan masalah dengan damai tanpa perang." ucapku pasti. "Sadarlah."

"Kamu mungkin sudah- Uhuk!"

"Yang mulia!"

Hanya perlu sedetik saja sampai Humility, raja para kebajikan, terjatuh dari takhtanya setelah terbatuk darah tadi. Aku dengan melihat sekeliling.

"Kindness," panggilku.

"Semuanya tenang." balas Jevan. "Saya akan membawa Yang Mulia ke ruangannya. Rapat selesai. Semua yang berpartisipasi dalam rapat dimohon meninggalkan ruang rapat. Terimakasih."

Aku keluar dari ruang rapat. Lalu masuk ke ruangan yang disiapkan Jevan untukku. Lalu berbaring. Aku menghela napas dan menutup mataku.

"Vidia disekap oleh saudara-saudaraku,"

"Gila, kenapa?"

"Aku tak begitu yakin. Tapi aura mereka berbeda.. Kurasa mereka terkena kutukan."

Aku mengusak rambutku kasar. "Kutukan?"

"Iya. Tapi bisa jadi mereka hanya salah paham, Vidia waktu itu memintaku untuk membantumu. Meski prediksi kedua ini kemungkinannya terlalu kecil." ujar Jevan.

"Lalu kenapa kau tidak terkena kutukan?" tukasku.

"Karena aku sudah pergi saat kutukan itu disebarkan." jawaban Jevan membuatku mengangguk.

"Di mana Vidia disekap?"

"Di penjara bawah tanah,"

"Klasik. Aku bisa menerobos ke sana."

"Jangan!"

Aku menoleh. "Penjagaan ruang bawah tanah sangat ketat. Beberapa saudaraku juga sering datang ke sana untuk mengecek tahanan," celetuk Jevan.

"Lalu? Mau bagaimana?" tanyaku setengah mendengus.

"Aku pasti tidak diperbolehkan pergi, tapi.."

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang