"Semoga mereka berhasil."
1 menit, 5 menit, 10 menit.. Isabella lewat. Sosoknya terlihat dari jendela selatan House. Pertanda Ray sudah terkurung dikamar Krone. Tak peduli apa-apa lagi, aku mengambil ancang-ancang berlari kedalam rumah.
"Ketempat Norman dan Emma!" seruku pada Don dan Gilda.
Meski bingung, tapi Don dan Gilda cepat menanggapi situasi ini. Aku berlari masuk kedalam rumah. Sialnya, aku berpapasan dengan Isabella.
"[Name]? Ada apa? Kenapa kau berlari kerumah begitu?"
"A-aku kebelet Mama! Permisi!"
Aku berlari menaiki tangga, kamar Krone tidak jauh dari tangga, untungnya. Kudengar suara pintu digedor dari dalam kamar itu.
"Ray!"
"[Name]?"
"Menjauh dari pintu!"
12 detik berlalu, aku pasti Ray sudah menjauh dari pintu. Kuangkat telapak tanganku beberapa senti didepan pintu. 'Kumohon, kumohon..'
Skill activated : Barrier : Breeze Blow
Wush!
Angin dingin kencang mendorong pintu hingga terbuka. Engsel pintu itu lepas, membuat pintu tersebut jatuh kelantai.
"Cepat, Ray!"
Kami berlari keluar rumah, dengan secepat yang kami bisa. Lalu berlari kehutan. Kami berpapasan dengan Don dan Gilda. Sedikit lagi-
"AAAA!"
Tidak. Tidak. Berikan aku semenit- tidak, setengah menit pun cukup. Jangan.
Kami sampai. Tapi sekarang ini hanyalah kegagalan. Emma terbaring dengan kaki yang patah. Bahkan tangan Isabella masih ada disekitar kaki itu. Lututku bergetar.
Isabella mendekap Emma kedalam buaiannya. "Cup, cup. Tidak apa-apa, kok. Tidak sakit, kok!"
Ah, rasanya aku ingin jatuh dan melebur bersama tanah. Seharusnya aku bisa menghindari ini!
"Ah, kasihan sekali, Emma kecilku yang malang. Karena itulah aku ingin kalian menyerah. Tapi aku senang sekali karena kita sudah jarang berpelukan." Isabella menepuk kepala Emma dan memeluknya.
"Norman juga memahaminya, 'kan? Kamu pintar sekali."
"Benar. Sampai akhir aku juga akan menahan kalian."
"Karena kalian istimewa. Makanan istimewa yang hanya disajikan kepada mereka-mereka yang istimewa."
"Anak-anak istimewa yang sudah kubesarkan."
"Karena itulah, bagaimanapun caranya aku harus melindungi kalian."
Isabella..
"Karena kalian tak menyerah, makanya aku harus melakukan ini."
Mama..
"Dengan begini, kau tak akan bisa bergerak untuk sementara."
Maaf.
Aku menundukkan kepala. "Kita bisa menyambut hari esok dengan gembira." ucapnya.
"Hari esok?"
"Benar, besok."
"Kamu harus menurut dan merayakannya ya, Emma."
Isabella menoleh kearahku, lalu Norman. "Aku mendapat pemberitauan dari atasanku. Selamat [Name], Norman!"
Ray menatapku tidak percaya. "Tanggal pengiriman kalian sudah ditentukan!"
"[Name] akan.. dikirimkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -
ФанфикTerombang-ambing disebuah tempat gelap tanpa ujung dan tidak mengenal waktu adalah hal yang tak menyenangkan. Apalagi setelahnya seorang perempuan berambut ungu gelap dan bernetra sewarna rasberi matang datang memberitahu bahwa kau telah mati dan ak...