➤ ; 17 ‧ Escape ‧ 🍀 -

1.2K 243 14
                                    

"Norman!"

Semua orang di sana terperangah tatkala Emma berlari menuju Norman. [Name] meringis tertahan.

Secara, [Name] tidak bisa mendengar percakapan antara Norman dan Emma, tapi mengingat garis besarnya. Alat untuk menonaktifkan pelacak di arahkan ke daun telinga Norman.

"Bego! Nekat itu ada batasnya!" bentak Norman.

"Bukan ini yang harus kamu lakukan sekarang!"

"Bacot! Takkan kubiarkan kamu pergi!"

Anak-anak memandang bingung. "Mereka.. Bertengkar?"

"Kenapa kau tak mengerti juga? Aku sama sekali tidak menginginkan itu."

"Aku hanya ingin kalian melepasku dengan senyuman."

"Tolong pahamilah perasaanku."

[Name] sendiri merasa lucu. Seperti menonton opera sabun, pikirnya.

"Tidak mau! Cuma perasaan itu yang tak bisa kumaklumi!"

"Apalagi, sebenarnya kamu tak menginginkannya!"

"Kamu benar-benar gegabah, Emma."

"Kamu nekat dan asal bertindak. Naif dan tak dewasa. Tapi kamu jujur."

Norman berdiri, Isabella menyerahkan topinya. Ada beberapa bagian yang terpotong, [Name] tahu. Dia merubahnya. Norman menyukai [Name]. Membuatnya sedikit khawatir barangkali ada adegan yang akan berubah.

"Tu- tunggu!"

"Emma, tenanglah."

"Aku mengerti kamu sedih. Tapi kau terlalu terbawa perasaan." Isabella mendekat, lalu mendekatkan lisannya ke telinga Emma. Membisikkan kalimat.

Vidia datang. "Apa sudah siap?"

"Un. Norman, ayo."

Vidia tersenyum. "Semuanya, ayo."

"Selamat jalan Norman!" anak-anak berseru kompak. [Name] menangkap kilau di ujung mata Emma.

Mereka hanya mampu menatap kepergian Norman.

🔮🔮🔮

Malam yang panjang. [Name] harap malam ini takkan berakhir. Duduk di atas kasur, sesekali memandang keluarganya saat menulis surat. Tangan [Name] terkepal. Dia masih tidak percaya hidupnya tinggal sehari lagi. Saking syoknya, kepala si gadis terasa kosong.

Dia menulis beberapa kata di atas kertas, namun cepat-cepat menggeleng. Menghela napas tertahan. Merasa cringe dengan tulisannya sendiri. Namun cepat-cepat dia merangkai kata-kata dan kalimat-kalimat baru. Tersenyum senang dengan hasilnya, lalu menaruhnya di dalam kotak yang tersimpan di bawah kasur.

[Name] merebahkan tubuhnya ke kasur, menutup matanya dan bernapas teratur. Namun dia tak kunjung tertidur. Dadanya sakit. Karena jantungnya memompa dengan keras dan cepat. Dia takut.

[Name] meringis. Merapatkan mata dan mencoba menghitung domba. Namun tak lama, alunan senandung tenang masuk ke telinganya. Tanpa disadari, ia jatuh ke lorong mimpi.

🔮🔮🔮

"Ohayou, watashi no kawaii kodomotachi,"

"Bersyukurlah karena tiga puluh tujuh saudara kalian hari ini masih bisa hidup bahagia."

[Name] mendelik skeptis. Tapi cepat-cepat di singkirkan pandangan itu dari matanya. Menyatukan tangan, berdoa lalu menyuap makanan agak buru-buru. Diliriknya kursi sebelah kirinya. Kosong. Didepannya ada Emma. Disamping Emma ada Ray. Keduanya nampak lesu dan lemas.

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang