➤ ; 11 ‧ Don dan Gilda ‧ 🍀 -

1.3K 251 39
                                    

[ Author's POV ]

"Pesan-pesan ini hanya bisa ditemukan dibuku milik Minerva. Aku tidak tau kapan label pada buku ini terpasang, tapi setidaknya ini dipasang setelah tahun dua ribu lima belas." Emma mengangkat buku dengan halaman berisi nama penulis, nama penerbit, dan tahun terbitnya buku itu.

"Begitu, ya."

"Apa ada hal lain yang kita tau?"

"Seperti perbandingan isi dan jenis bukunya?"

"Tidak banyak."

"Genrenya bervariasi. Penerbit dan tahun terbitnya juga-"

"Bagaimana dengan yang itu? Um, yang mana, ya?" Emma mengacak-ngacak sedikit buku dimeja, dan mencari diantara beberapa rak. Dia menunjukkan 2 buku. "Aku nggak mengerti kode morse pada buku ini." katanya.

"Untuk isi bukunya, satunya adalah novel petualangan biasa, satunya lagi buku mitologi yang pernah [Name] tunjukkan padaku."

[Name] agak terkejut namanya disebut. "Aku?"

"Ah, iya. [Name] suka dengan bintang dan mitologi, 'kan? Hebat juga ya, kamu bisa mengerti buku yang bahasanya selevel ini."

"[Name] 'kan, memang pintar!"

Daripada merasa malu atau senang, [Name] justru merasa bingung dan pusing. Dia menopang tubuhnya dengan berpegangan pada kursi yang diduduki Norman.

"Ma- maaf, sebentar. A-aku.. agak pusing."

Pandangannya dirasa buram, kelopak matanya dikatupkan untuk menabung fokus. Tapi gadis itu malah mendapat gambaran masa lalu dalam benaknya.

🔮🔮🔮

"Ray.. ya?" tangan kecil gadis itu melambai. Gerakannya kaku.

"Jangan baca ditempat yang gelap, tak baik untuk matamu."

Ray mengangkat kepalanya. Matanya tajam memicing, ekspresinya datar. Membuat [Name] merasa sedikit gentar. Tapi tetap saja. Tangannya menarik lengan Ray.

"A-ayo membaca bersama.. Aku bawa buku juga." [Name] menunjukkan buku dengan judul, Indonesian Myth : The Legend of Babi Ngepet. Buku mitologi.

Ray nampak tertarik dengan buku yang dibawa oleh [Name] tapi memilih untuk'jual mahal'.  Jadi dia mengabaikan [Name] lagi.

"Tidak mau ya?" gadis kecil yang didiamkan menunjuk ekspresi sedih. Tangannya dengan lemas melepas lengan Ray.

"Ma-maaf telah mengganggumu.."

[Name] baru akan berbalik pergi, namun dicegah oleh Ray. "Tunggu."

"Aku tidak mau baca gelap-gelapan lagi. Ayo kita baca bersama."

Mata Raspberry [Name] berkilau dan dia tersenyum senang. "Ayo."

🔮🔮🔮

"[Name]? Kau tidak apa?"

"Ah?"

Netra Raspberry gadis itu menjelajah ruangan. Bingung. Dia sempat merasa pusing, matanya terasa berkabut dan.. Oh. Bayangan itu. Bayangan masa lalunya.

"Kau pusing? Tidak enak badan? Perlu minum obat?" Emma membombardir [Name] dengan pertanyaan.

"Tidak apa. Pusingnya sudah hilang. Ayo lanjutkan diskusi."

"Tidak, [Name]. Kau benar-benar oke?"

Emma menatap wajah [Name] dengan pandangan khawatir. [Name] menghela napas, lalu tersenyum. "Aku tidak sakit Emma."

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang