- Author's POV -
"Menyenangkan sekali!"
"Aku lelah."
Isabella mengedarkan senyum lembut pada anak-anak. Sambil menghitung berapa anak yang sudah ada disana.
"[Name], dan Norman di mana?"
Isabella buru-buru mengecek alat pelacak. Emma dan Ray tersenyum penuh kemenangan. Namun senyum itu hilang, 1 milidetik setelah Isabella menoleh dan tersenyum, lalu berkata, "Okaeri. [Name], Norman."
Emma menatap tak percaya, Ray menggeram, Don nampak sangat kaget, dan Gilda seakan bisa menangis dan pingsan kapan saja.
🔮🔮🔮
"Apa maksudnya ini?!" bentak Ray seraya mencengkeram kerah baju Norman.
Emma meremas tangan [Name]. "Sekarang, kalian masih bisa melarikan diri!"
"Tidak mau." tegas Norman.
Emma terdiam, Ray terdiam, [Name] juga hanya diam.
"Aku tak mau melarikan diri."
"Selain itu, dengarkan penjelasan kami." [Name] mengangkat kepalanya yang sedari tadi ditundukkan.
Ray melepas cengkeramannya kasar, Emma menatap [Name] dan meremas tangannya lebih kuat.
"Ada tebing." Dengan senyum, [Name] dan Norman mengatakannya.
"Di balik tembok tebing."
"Di sana ada tebing."
"Tebing?"
"Ketinggian tebingnya bukan sesuatu yang bisa kita lompati. Suster Krone tidak berbohong."
"Para iblis itu tidak meremehkan kita."
"Dengan adanya tebing itu, tidak perlu penjagaan ketat."
"Jadi kita tidak bisa kabur lewat tembok?"
"Ada jalan, kok."
Norman mengambil notebook dan spidol, mulai menggambar diatas kertas. "Kami berlari sampai keujung tembok,"
"Disana, kami lihat temboknya bercabang dua." [Name] menyangga dagu. "Salah satu temboknya sejajar dengan tebing."
"Sedangkan tembok satunya pembatas panti asuhan kita. Masing-masing memiliki sudut enam puluh derajat. Dan area yang terdapat dalam tembok dipisahkan hampir simetris."
[Name] mengangguk. "Itulah yang kami lihat."
"Artinya, panti asuhan Grace Field berada dalam tembok segi enam dikelilingi jurang." [Name] menggambar garis-garis imajiner di udara membentuk segi enam.
"Lalu, sebelah barat Plant tiga alias panti asuhan kita kemungkinan adalah markas pusat." Norman mengarsir salah satu bagian segi enam─bentuknya trapesium.
Lalu dia menggambar dua garis keluar. "Hanya disinilah ada jembatan." tukas [Name] seraya menunjuk dua garis yang dibuat Norman.
"Jika semua tempat dikelilingi tebing, kalau kita ingin lari berarti hanya bisa lewat jembatan ini."
Cklek! Tanpa aba-aba, mereka semua menengok kearah pintu. Kepala Phil menyembul dari sana. "Norman! Mama memanggilmu!"
Ray membereskan notebook dan spidol yang digunakan oleh Norman, Emma tersenyum, [Name] beku ditempat, tetapi tersenyum kearah Phil.
"Beritahu Mama aku akan segera datang." ucap Norman.
"Baiklah!"
Mereka semua menghela napas. "Huuft."
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -
FanfictionTerombang-ambing disebuah tempat gelap tanpa ujung dan tidak mengenal waktu adalah hal yang tak menyenangkan. Apalagi setelahnya seorang perempuan berambut ungu gelap dan bernetra sewarna rasberi matang datang memberitahu bahwa kau telah mati dan ak...