➤ ; 31 ‧ "Tidur bareng yuk." ‧ 🍀 -

812 114 48
                                    

Seorang gadis bersurai merah muda menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Dia menunjukkan senyum canggung yang dibuat-buat. "Ups, maaf mengganggu,"

Dia cepat-cepat membanting pintunya dan menghilang seakan tidak ada apapun yang terjadi. Aku kenal perempuan itu. "Lucy!"

Iya, namanya Lucy. Lucianne C. Daemon. Salah satu saudara Vidia. Dia roh dosa Lust, alias Hawa Nafsu. Aku tak tahu bagaimana caranya dia bisa ada di sini. Dan juga, bagaimana bisa dia membuka pintu itu terang-terangan?

"Norman, aku akan bicarakan lagi besok. Jangan kabur ya!" kataku dengan nada riang.

"Iya,"

Aku menatapnya. Rasa bersalah dan iba mengisi celah batinku. Aku tersenyum tipis, lalu menghampiri Norman lagi. Aku kembali duduk disampingnya.

"Tutup matamu." ucapku.

Dia menurut. Aku mengusap kepalanya lembut, lalu mengecup kedua kelopak matanya pelan. Setelah itu, aku mendekapnya beberapa detik.

"Maaf ya, sudah menekanmu. Terimakasih juga," aku menaruh satu vial ramuan penyembuh ke tangannya.

"Ini, semoga bisa membantu dengan penyakit kalian. Tidak perlu banyak-banyak, seperenam saja untuk satu orang. Aku akan memberi lebih banyak lagi besok."

Aku berdiri, dan membelai pucuk kepalanya sekali lagi. "Sampai nanti, ya."

Aku meninggalkan Norman dan keluar dari rumah(?) persembunyiannya. Aku sempat tersenyum dan melambai sebelum benar-benar pergi dan menutup pintu. Dia membalas senyumku.

🔮🔮🔮

Kami hampir selesai mendiskusikan tentang "Pencarian Sonju dan Mujika" ketika Emma bertanya kepadaku.

"[Name], apa kau akan ikut kami mencari?" tanya Emma.

Aku berpikir sebentar. "Kalau dipikir-pikir lagi, tidak. Lucy, kau saja yang ikut mereka. Bantu mereka ya."

"Oh, oke. Kapan kalian akan pergi?" Lucy mengalihkan pandang dariku ke Emma, Ray, Don dan Gilda.

"Besok pagi."

Lucy mengangguk. Tatapanku berubah menjadi skeptis, mengingat yang barusan terjadi. "Omong-omong Lucy, apa yang kau lakukan di tempat tadi?"

"Aku menunggumu," Lucy mengulas senyum polos yang palsu. "Selain itu, aku menunggu sesuatu yang 'menarik' terjadi. Tapi, ternyata enggak seperti yang aku pikirkan."

"Jadi yang 'tadi itu' karena kamu?" tanyaku seraya menggigit biskuit.

"Tidak, tidak ada hubungannya denganku. Kalau ada hubungannya denganku.." Lucy memutar matanya dan mengerjap. "Kalau ada hubungannya denganku, kalian pasti sudah-"

Sebelum Lucy sempat menyelesaikan aku cepat-cepat mendorongnya sampai ke tembok, lalu menyumpalkan biskuit kedalam mulutnya. "Stop! Banyak anak kecil anjir!"

"Hee? Lo tahu emang gue mau ngomong apa?" Lucy menyeringai.

"Iya, jadi diem! Makan aja itu biskuit!"

Lucy tertawa puas, lalu menikmati biskuit yang tadi kusumpalkan kemulutnya. Aku melengos pergi dari ruangan.

"[Name]! Mau kemana?"

"Mandi!"

🔮🔮🔮

"Anjay, segar." Aku merapikan rambutku seraya tersenyum di depan cermin.

Aku berhenti menyisir rambutku. Sekarang rambutku sudah panjang, tapi setiap ditata hanya aku sisir saja. Kemarin pun sama. Hanya aku sisir asal.

"Oke, ayo kita menata rambut dengan niat!"

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang