"[Name]!"
Si gadis terkejut dengan suara yang memanggil namanya.
"A-ada apa?"
"Tidak ada. Hanya saja kamu terlihat melamun lama sekali. Padahal sedang mencuci piring." kata gadis dengan rambut dikepang itu.
"Kamu tidak apa-apa?" lanjut Anna.
"Tidak. Terimakasih sudah mengingatkanku." ujar [Name] seraya mengulas senyum.
Anna balas tersenyum. "Kalau ada masalah, ceritakan saja padaku, kita 'kan keluarga!"
Deg!
"Sampai jumpa nanti, [Name]!"
[Name] tersenyum meski dadanya terasa sakit seperti telah ditikam dengan pisau yang dilumuri racun. 'Keluarga.' pikirnya.
Dia menghela napas pendek. Teringat percakapannya dengan Vidia sebelum sarapan tadi.
🔮🔮🔮
"Vidia."
Perempuan yang dipanggil menoleh. "[Name]! Ketuklah dulu lain kali."
[Name] berjalan mengacuhkan kalimat Vidia. Dilihatnya perempuan bersurai ungu gelap itu sedang duduk membaca buku seraya memakan makanan manis dan teh.
"Jadi, ada apa?"
"Aku dapat berita buruk." katanya.
"Berita buruk?" tanya [Name] bingung.
Vidia mengangguk. Meski dia terlihat sangat tenang, terlihat jelas ada sepenggal rasa sulit terpancar dari tatapan mata lurusnya.
"Kamu akan dikirimkan. Sehari setelah pengiriman Norman." ujar Vidia seraya meraih cangkir teh dan menyesapnya.
Hening sejenak. Bahkan rasanya waktu seakan berhenti untuk 5 menit dalam diam kala itu.
"... Begitu, ya."
"Ternyata disini aku juga akan mati.." lirih gadis bersurai [haircolour] memecah keheningan. Mata Raspberrynya bergetar.
Vidia diam dan menaruh cangkir kemeja dengan perlahan.
"Vidia. Apa kamu bisa merajut?"
"Bisa.. Meski tidak begitu pandai sih.."
[Name] mengangguk. "Tolong ajari aku."
🔮🔮🔮
Selesai mencuci piring, [Name] berjalan ditemani kruk teman baiknya, kekamar Vidia lagi. Karena dia melihat perempuan tinggi itu langsung kekamarnya seusai sarapan.
Tok! Tok! Tok! Krieet
"[Name]?"
"Vidia, ayo."
"Ayo apa?"
[Name] langsung berjalan menghampiri Vidia yang sedang santai duduk membaca buku, yang baru-baru ini [Name] tau bahwa itu adalah doujinshi yuri.
"Ajari aku merajut." katanya.
"Kamu tidak tertarik belajar menggunakan sihirmu?" tanya Vidia sembari mengikat rambutnya.
"Toh, tidak akan terpakai juga." balas [Name].
"Cepat sekali kamu menyerah. Kau tau, aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja, apalagi tanpa perlawanan,"
"Karena aku tau, kita ada dipihak yang akan menang." ujar Vidia yang membuat [Name] terdiam sejenak.
Vidia mengambil sesuatu dari laci lemari bajunya. Kotak kayu cantik. Diangkat tutup kotak itu dan didalamnya terdapat beberapa gulungan benang dan alat merajut yang terlihat dibuat dari kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -
FanfictionTerombang-ambing disebuah tempat gelap tanpa ujung dan tidak mengenal waktu adalah hal yang tak menyenangkan. Apalagi setelahnya seorang perempuan berambut ungu gelap dan bernetra sewarna rasberi matang datang memberitahu bahwa kau telah mati dan ak...