➤ ; 14 ‧ Croissants dan Tea ‧ 🍀 -

1.2K 237 34
                                    

"Ray, kau pergilah keruang perawatan duluan."

"Lalu, kau?"

[Name], Ray bahkan tidak percaya dia masih bisa melakukannya, tersenyum. "Aku mau minum."

Ray mengangguk. Berlalu keruang perawatan. Sementara [Name] berjalan ketempat keran yang berdekatan dengan ruang makan. Terlihat Norman sedang berjongkok, putus asa.

"Norman." yang dipanggil menengok.

[Name] berjongkok juga, disebelah Norman. "Kau takut?" tanya [Name] lembut.

Tak mendapat jawaban, [Name] meraih tangan Norman dan menggenggamnya. "A- aku.."

"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja." kepalanya ditengadahkan, iris Raspberrynya menerawang kelangit-langit rumah. "Tapi itu tidak cukup. Jadi kuberikan ini."

Grep. Lengan [Name] melingkar disekitar tubuh Norman. Mendekapnya. Lalu mengelus puncak kepalanya dan menanamkan kecupan disana. "Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak akan meninggalkanmu."

[Name] melepas pelukannya, tersenyum lembut. "Sudah kubilang, tidak apa-apa, 'kan?"

"Ingatlah kalimatku tadi, Norman."

Norman mengangguk pelan, tersenyum meski matanya terkesan sayu.

"Sekarang, ayo temui Emma!"

🔮🔮🔮

- [Name]'s POV -

Woah, apa yang kulakukan barusan? Naif sekali.

Aku ketakutan. Takut setengah mati. Siapa sih, yang tidak gusar setelah diberitau masa hidupnya tinggal 2 malam? Sinting.

Dan masih menyempatkan diri untuk menghibur orang lain?

Tapi aku senang. Setidaknya Norman tidak selemas sebelumnya. Sekarang tinggal menenangkan diriku. 'Tenanglah, [Name] sialan! Kendalikan ledakan emosimu!' batinku.

"Ray, Emma. Kami datang, nih." kataku seraya berjalan masuk melewati ambang pintu.

"Norman, besok siang larilah. [Name] juga."

"Karena kami tak akan membiarkan kalian mati."

"Maaf, tapi aku tidak bisa melakukannya."

"Kami menentangnya!"

Aku tersenyum, menatap jari-jariku yang kutautkan satu sama lain. Lalu menatap Ray. "Satu hal kupertanyakan. Caranya?"

Tentu aku tau ada tebing, mustahil melewatinya hanya dengan kain yang dijadikan tali. Sepanjang apapun tali itu, jika hanya itu, mustahil.

"Biar kujelaskan. Tepatnya, besok pura-puralah kabur. Matikan alat pelacaknya, dan pura-pura kabur. Sampai kaki Emma sembuh, bersembunyilah diarea peternakan."

"Lalu, dihari pelarian kami, kalian juga ikut!"

Norman dan aku melempar pandang. " Meski bohongan, tapi keamanannya akan diperketat bila aku dan [Name], dua anak kabur dari panti.

"Itu bukan masalah. Dlihat dari kebijakan peternakan ini, tingkat keamanannya tak akan seketat itu."

"Kebijakan panti asuhan?"

"Pertama, membiarkan kita tumbuh dengan bebas dan nyaman. Kedua, menjaga rahasia. Kebijakan pertama bagus untuk perkembangan otak. Anak yang sehat harus tumbuh dengan perasaan yang lepas. Itulah syarat yang harus dipenuhi penanggungjawab panti asuhan."

"Berarti kebijakan yang kedua itu juga.."

"Benar, iblis-iblis itu takkan menampakkan diri. Karena jika tumbuh dengan rasa takut, akan berdampak buruk pada kualitas otak. Sekalipun keamanannya diganti, kurasa mereka hanya akan menambah jumlah penjaga dan pengasuh. Dan itu bisa diatasi."

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang