Perkuliahan udah jalan dua minggu. Kaya biasa semuanya masih mahasiswa baru, jadi masih rajin kuliah, gatau kalo udah masuk semester 4 ke atas.
Sebagai ketua kelas, Haruto harus datang pagi dan di waktu itu juga dia bolak-balik kantor dosen program studi buat ngambil daftar kehadiran. Semua mahasiswa hadir terus selama dua minggu penuh, kecuali satu orang. Nama di Korea Selatan kan pasaran ya, dia penasaran namun juga ragu dengan nama Park Jeongwoo yang tidak hadir dari awal.
Mungkinkah nama itu adalah nama putra Raja Park atau orang lain yang udah stop-out atau drop-out duluan. Kalo dilihat dari nomor induk mahasiswa, format angka untuk mahasiswa baru, jadi ga mungkin ada kakak tingkat ngulang mata kuliah di kelasnya. Bahkan dia satu kelompok dengan nama misterius itu.
Karena hari senin pagi adalah hectic day, semua orang mentoleransi keterlambatan, asal jangan terlalu terlambat. Termasuk mahasiswa di kelas ini yang masih nungguin dosen mereka. Haruto lagi keluar, ada urusan perut yang harus diisi.
Seseorang datang, tapi yang dateng bukan dosen. Anak muda bermasker hitam, mengenakan mantel coklat terang branded, berkemeja putih, jeans biru dan sepatu merk terkenal. Semua yang dipakai orang itu mahal semua.
Mahasiswa itu membuka masker, berdiri di depan semua mahasiswa. "Hai, saya Park Jeongwoo. Maaf saya baru bisa menghadiri kuliah di minggu ketiga."
Semuanya melongo, mahasiswa misterius di daftar kehadiran ternyata bukan orang biasa. Mereka biasa melihat dan mendengar suara Pangeran dari televisi atau media elektronik lainnya. Suara Jeongwoo di dunia nyata lebih indah, wajah yang dewasa hasil glow-up yang juga keliatan seperti tidak nyata, postur tubuh ternyata sangat jangkung.
Semuanya tidak berhenti takjub, terlihat kesan gagah dan mewah dari putra raja yang tengah mencari tempat kosong itu. Dengan postur gagah seperti itu sebaiknya masuk militer, namun Sang Pangeran tidak mengikuti jejak Putra Mahkota.
Mahasiswa di sini melihatnya seperti melihat setumpuk uang atau makanan karena tidak berhenti memandanginya. Susunan tempat duduk berundak, terdapat 5 baris undakan, tapi yang terisi hanya hanya 4 baris. Ada tempat kosong di ujung baris ke 3, tapi bimbang mau milih baris baru atau duduk di pojok.
"Di sini kosong kan?" tanyanya ke perempuan yang di belakang.
"Gua inget itu tas Haruto, sebelahnya ada Alex. Ya tempat itu kosong." jawab perempuan itu, yang sebenarnya mau pingsan karena yang bertanya adalah cowo tampan dan gagah.
"Baiklah, terima kasih."
Putra Raja itu tersenyum singkat setelah berterima kasih, Jang Wonyoung mau pingsan beneran. Sudah biasa disenyumin cogan, tapi kali ini kesannya sangat berbeda ketika Pangeran tersenyum kepadanya.
Jeongwoo mendapatkan tempatnya, melepas mantel dan diletakkan di meja, kemudian melepas tas ransel juga dan ditempatkan di lantai yang beralaskan karpet abu-abu.
Beberapa mahasiswa perempuan naik ke atas dan duduk berjajar di kedua sisi Wonyoung, mereka juga mau menyapa Pangeran Park yang ternyata satu kelas.
"Eh kita panggil dia apa?" tanya Yeeun tiba-tiba.
"Pangeran lah." -Wonyoung.
"Panggil Yang Mulia atau Adipati aja." -Ahn Yujin.
"Gimana kalo Duchess?" Yeeun bertanya lagi.
"Ga masalah sih, tapi Duchess untuk cewe, bodoh." -Wonyoung.
"Duke artinya Adipati tapi untuk cowo." -Yujin.
"Kakaknya yang udah dapet gelar Duke, gelar Jeongwoo masih Pangeran," Jang Wonyoung yang banyak pengetahuan tentang keluarga kerajaan menambahkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy ✔
Fiksi PenggemarKisah Pangeran dari negara monarki Korea Selatan dengan mahasiswa beasiswa, harus melewati tantangan yang sulit karena keduanya berbeda secara hierarki. Book pertama: Hierarchy Book kedua (sekuel): First Love Never Wrong. Warning!! Hanya cerita fiks...