21. Taken

776 107 8
                                    

Seminggu kemudian.

Kejadian itu berlalu begitu saja. Kak Jihoon masih seperti biasa, masih kaya iblis. Penjaga Istana yang menyerang Haruto menghilang begitu saja, udah ganti personel. Keliatan banget kalo Raja Park II melindungi mereka, diberhentikan dan dikasih tunjangan.

Padahal dia mau menuntut penjaga Istana itu agar dijebloskan di penjara.

Karena terlalu banyak santai Haruto dan Alex sampe lupa kalo ada makalah dari mata kuliah Kewarganegaraan yang satu minggu lagi akan dikumpulkan.

"Gua sama Haruto aja yang ngerjain," ucap Jeongwoo duluan ketika mau mulai diskusi gimana mau ngerjain tugas ini. Haruto menoleh ke arahnya, memasang ekspresi heran.

"Tapi ini kan bertiga, masa dibebankan ke dua orang aja." -Haruto.

Gebetannya malah ga ngerti, maksud ngerjain berdua biar bisa berduaan sampe lupa waktu, sampe lupa kalo ada tanggung jawab ngerjain tugas.

"Jadi gimana guys? Gua ada kendaraan kalo ngerjain di tempat Haruto atau Pangeran Park."

"Di perpustakaan aja," saran dari pemuda jangkung mendapatkan respon negatif dari Jeongwoo.

Menarik Haruto menjauh dari Alex Vincent yang kebingungan dengan tingkah mereka, mau ngomongin maksud dari ngerjain berdua. Setelah yakin jauh dari pemuda blasteran Jerman - Korea itu, barulah dia membuka suara.

"Ruto, masa lo ga ngerti sih," ucapnya dengan nada kesal.

"Maksud kamu gimana? Pelan-pelan jelasin biar aku ngerti."

Walaupun tadi sedikit meninggikan suara, Haruto tidak emosi, dengan kalem meminta penjelasan darinya. Pasangan childish dan dewasa emang saling melengkapi ya.

"Bisa kan makalah ini kerjain berdua aja? Gua dan lo. Biarin Alex yang ngeprint segala macem."

"Yaudah iya, demi kamu biar kita bisa berduaan. Tapi kerjain juga, jangan cuma aku."

"Iya Ruto, tenang aja. Gua juara pertama olimpiade MIPA."

"Tapi kita ngerjain makalah Kewarganegaraan."

"Oh iya."

Setelah debat sebentar langsung kembali ke Alex yang sabar banget menghadapi dua insan yang punya rencana sendiri untuk ngerjain tugas. Tentang olimpiade MIPA tadi beneran kok, cuma Jeongwoo ga dateng dan digantiin sama siswa lain.

Pemuda blasteran Jerman - Korea itu paham kalo ada sesuatu antara ketua kelas dan Pangeran Park, makanya punya rencana lain dengan tidak mengajaknya mengerjakan tugas. Tak apa, dia punya waktu untuk rebahan.

"Jadi gimana hasil diskusi kalian tadi?"

"Biarin gua sama Haruto yang kerjain, makalah sama PPT juga, lo cuma ngeprint aja."

"Nanti gua kirim materinya kalo udah selesai."

"Sip, gua pamit ya. Semoga langgeng ya kalian berdua."

"Woi! Apa maksud!!"

Haruto tidak bereaksi, cuma mematung doang.

Belum sempat lepas sepatu dan ngelempar, Alex Vincent udah kabur duluan. Bisa-bisanya berkata demikian seakan tau semuanya, padahal digantungin mulu. Emang sialan si Titan, ga ada niatan untuk nembak.

Memukul pelan lengan Haruto, "Makanya nembak kek, capek gua digantung mulu." Kemudian Jeongwoo langsung pergi duluan, berharap banget gebetannya nyusul.

"Tunggu, Jeongwoo."

Melambatkan langkah agar Haruto menyusulnya. Kali ini Kalo Watanabe Haruto tidak berjalan di belakangnya dengan alasan etika, malah berani menggengam tangannya di ruang publik.

Hierarchy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang