Hi guys. Sory banget telat update, sorry juga kalo nge-phpin kalian dengan gak sengaja dua cerita kepublish.
Happy reading ❤
Selamat datang bulan Juni, sekaligus awal musim panas untuk negara beriklim sub-tropis. Liburan sebentar lagi tiba untuk pelajar di jenjang perguruan tinggi maupun sekolah dasar dan menengah, tapi mahasiswa duluan libur lebih awal pada pertengahan bulan ini.
Kampus tempatnya berkuliah mulai melaksanakan ujian semester, mengikuti kalender akademik yang ditetapkan rektor dari awal semester. Hanya satu mata kuliah yang sudah duluan menyelesaikan pertemuan untuk dua SKS, yaitu dosen yang berbaik hati kepada mahasiswa untuk mengerjakan ujian di rumah alias take-home.
Sekarang adalah ujian semester untuk mata kuliah kelima pada hari kedua. Dia dan Jeongwoo berjauhan karena tempat duduk diatur ulang oleh dosen agar tidak mencontek, padahal tadi sudah bersebelahan untuk saling bantu jawaban. Hal yang tidak patut dicontoh ya, adick-adick.
Padahal tidak ada COVID-19 di semesta book imi, tapi dosen memberlakukan social distancing dengan jarak tiap orang adalah satu bangku.
Satu jam berlalu baru ngisi dua soal. Melirik ke Park Jeongwoo yang fokus banget ngerjain, sedangkan dia masih mikir dan ngintip punya teman, yang seharusnya punya rasa malu terhadap beasiswa yang didapatkan.
"Ruto, liat dong," bisik Jungwon.
Mendekatkan lembar kerja ke sisi kiri, pemuda itu cekatan menyalin jawaban. Setelah selesai langsung menarik selembar kertas itu ke tengah, berlagak pura-pura mikir.
Seseorang berdiri, semua perhatian tertuju ke seseorang tersebut yang ngumpul duluan, padahal masih satu jam lagi. Tentu dia kaget, soal yang dikerjakan sangat mudah bagi Jeongwoo, yang lain saja kesusahan.
"Buset ngebut banget," responnya ketika Jeongwoo kembali ke meja untuk ngambil tas dan langsung keluar dari kelas.
"Lah dia kan emang pinter," ucap Lee Jinwoo santai, seakan tau semua tentang Jeongwoo.
"Lo satu sekolah sama Jeongwoo?"
"Lo gak lahir di sini Haruto, jadi gatau. Pangeran Park jenius dan pinter, IQ sedikit lebih tinggi dari Albert Einstein, pas sekolah dasar pernah ikut student exchange ke Australia." Jinwoo menjelaskan dengan suara kecil.
Apa yang dikatakan temannya bikin dia semakin insecure sama pacar sendiri. Awalnya minder karena latar belakang, sekarang pun minder karena Jeongwoo lebih pinter darinya, langsung ngerasa tidak pantas mendapatkan Jeongwoo karena tidak sebanding.
Park Jeongwoo adalah pacarnya, masa gak tau tentang Jeongwoo yang punya IQ tinggi dan pernah ikut pertukaran pelajar. Merasa berdosa karena berpikiran kalo Jeongwoo hanyalah anak manja yang pemalas dan suka menghamburkan uang, ternyata lebih dari itu. Maafkan pacarmu ini, Park Jeongwoo.
"Gak nyangka asli, padahal dia telat masuk kuliah dan jarang masuk juga."
"Btw, liat nomor satu dong."
Tidak habis thinking dengan Jinwoo belum sama sekali ngerjain nomor satu. Jadi ia medekatkan lembar kerja ke sisi kanan agar Jinwoo dapat menyalin jawabannya.
"Sudah."
Menarik kertas jawaban ke tengah, akting pura-pura nulis padahal belum nemu jawaban. Melirik ke Jeongwoo yang nunggu di balik pintu kaca luar kelas, memberi gestur semangat untuknya.
Dia membalas dengan sign-heart dari dua jarinya. Pacarnya langsung pergi dari sana biar gak diliatin orang lain dan ketahuan dosen.
Jinwoo dan Yang Jungwon mengira kalo ketua kelas mereka agak gila, bikin finger heart dan senyum sendiri ke arah pintu keluar yang tidak ada siapapun di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy ✔
FanficKisah Pangeran dari negara monarki Korea Selatan dengan mahasiswa beasiswa, harus melewati tantangan yang sulit karena keduanya berbeda secara hierarki. Book pertama: Hierarchy Book kedua (sekuel): First Love Never Wrong. Warning!! Hanya cerita fiks...