"Asik banget ya lo tidur di Istana, btw ada adegan kuda-kudaan ga?"
Itulah yang dikatakan Mashiho begitu dia tiba. Dengan lancang menginjak kaki teman sekamarnya itu. "Orangnya ada di sini, bodoh. Tapi untung dia ga ngerti bahasa kita."
"Eh?"
Mashiho tidak sadar kalo Prince of Joseon datang bersamanya.
"Hai, saya Takata Mashiho, teman sekamar Haruto. Suatu kehormatan bertemu dengan anda," Mashiho memperkenalkan diri dengan bahasa Korea dengan tutur kata yang sangat lembut, buat pencitraan doang.
"Selamat siang juga, kak Mashiho," balas Jeongwoo dengan bahasa ibu pemuda itu.
Bukan cuma lawan bicaranya yang kaget, gebetannya juga terkejut. Selain bahasa internasional, bahasa Jepang dan China negara wajib dikuasain.
"Kamu bisa bahasa Jepang juga?" -Haruto
"Tentu saja."
"Oh ya, Haruto orangnya baik kok, penurut juga." -Mashiho.
Setelah selesai kelas, gebetannya buru-buru ke Fakultas Humaniora untuk nyamperin temen sekamar yang sidang skripsi hari ini. Dia ikutan karena ga ada temen untuk sekarang, nanti sore mau ketemuan dengan Kim Doyoung, kira-kira udah sebulan lebih ga ketemu karena kesibukan masing-masing.
Tanpa penyamaran, dia bernafas bebas tanpa harus ditutup masker. Tapi pengawal berjaga di sekitarnya, jadi tidak yang berani mendekat. Kalo lahir di Korea pasti paham dengan protokol begini.
"Lo kapan sempro? Asahi aja udah sebulan yang lalu."
"Lagi cek plagiat, sebulan lagi gua sempro tenang aja. Gua sama Sahi wisuda barengan nanti, apes doang ketemu dosbing yang nyusahin."
"Ngeles mulu lo."
"Gua serius anj—"
Dia ngerti dengan bahasa Jepang, dua manusia itu saling debat dan ngegas.
Semua mahasiswa keluar dari ruang sidang, bahagia dan haru jadi satu. Karena perjuangan selama kuliah akhirnya terbayarkan, makanya mereka sebahagia itu ketika lulus sidang.
Tokoh utama hari ini yang mereka tungguin akhirnya muncul, mahasiswa dengan tahi lalat di sudut bibir.
Memeluk tiga teman sekamar, mereka pelukan kaya Teletubbies, Haruto yang kebetulan pake jaket warna ungu jadi mirip Tinky Winky, btw itu jaket miliknya.
"Ayo, ayo kita foto, mengabadikan momen." Yang dari tadi diem akhirnya bersuara.
"Tapi siapa yang mau fotoin kita?" Pemuda berpostur kecil di antara teman sekamar di asrama itu melirik seseorang untuk dijadiin fotografer dan pandangan mata elang itu berakhir padanya. Kemudian berbisik ke yang paling tinggi di antara mereka.
"No, tidak sopan!" protes Haruto.
"Butuh fotografer?" Dia menawarkan bantuan secara sukarela, Haruto memandang Mashiho dengan ekspresi tidak suka.
"Kok lo marah? Dia yang menawarkan, bukan gua yang minta apalagi maksa." Takata Mashiho membela diri.
Jeongwoo yang jadi tokoh utama di cerita ini berubah jadi tokoh figuran, karena empat anak manusia itu asik sendiri, gebetannya masih berdebat sama Takata Mashiho.
Di hari video call sama Haruto, pemuda mini itu berisik banget. Udah ketebak kalo mereka sering ribut di asrama.
Mahasiswa yang tengah berbahagia itu tersenyum kepadanya, kemudian mencolek Watanabe Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy ✔
FanfictionKisah Pangeran dari negara monarki Korea Selatan dengan mahasiswa beasiswa, harus melewati tantangan yang sulit karena keduanya berbeda secara hierarki. Book pertama: Hierarchy Book kedua (sekuel): First Love Never Wrong. Warning!! Hanya cerita fiks...