27. Rahasia Dua Negara

596 75 0
                                    

Hari yang ditunggu akhirnya datang. Kelompoknya berdiskusi di mata kuliah Kewarganegaraan, berusaha tampil maksimal karena secara tidak langsung dia bertanggung jawab dengan kelompok ini.

Alex dan Haruto adalah mahasiswa berkebangsaan asing, yang mana baru pertama kali belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan versi Korea Selatan. Mereka berdua cerdas dan bisa mengimbanginya, jadi dia tidak aktif sendiri pada diskusi hari ini.

Tentu saja, persiapan hari ini sangat matang, tidak seperti minggu lalu.

Karena moderator terlalu baik yang hanya membuka tiga pertanyaan untuk kelompoknya, diskusi sebentar lagi selesai, tersisa satu pertanyaan yang akan dijawab oleh Haruto.

Memberi kode ke moderator untuk mengarahkan diskusi.

"Audiens harap tetap kondusif. Pemateri yaitu Watanabe Haruto akan menjawab pertanyaan terakhir."

Setelah kelas tenang karena arahan dari moderator, barulah Haruto menjawab pertanyaan yang sensitif tentang penjajahan, sinting banget yang nanya. Memaparkan jawaban yang dia cari di internet dan ditambahkan dengan kesimpulan yang dia simpulkan sendiri di otaknya.

"... Oleh karena itu, tidak ada negeri yang pantas dijajah. Saya kembalikan ke moderator," tutupnya dan duduk kembali.

Tidak ada respon dari teman-temannya, bahkan mereka sibuk sendiri. Baguslah kalo tidak ada tambahan atau sanggahan, biar cepet selesai.

"Penanya, bagaimana dengan jawaban dari pemateri?"

"Jawaban dari Haruto bisa saya mengerti, terima kasih."

Karena sesi tanya jawab sudah habis, Jinwoo buru-buru langsung menutup diskusi. "... sekian diskusi hari ini, saya Lee Jinwoo menutup diskusi pada pagi menjelang siang ini."

Dosen Kim terlihat rapi seperti akan segera pergi. Semoga aja beneran pergi, jadi tidak ada kritik pedas dari beliau.

"Saya meminta maaf tidak bisa menambahkan hari ini, saya ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan."

Dengan langkah cepat Dosen Kim pergi meninggalkan kelas dengan. Masih tersisa waktu setengah jam dari yang seharusnya, tak apa, mahasiswa sangat senang karena kelas selesai lebih awal.

"Excellent work, Alex Vincent."

"Thanks, Prince Park."

Haruto nungguin dikasih pujian dari pacarnya, tapi tidak kunjung dipuji hingga pemuda blasteran Jerman - Korea itu beranjak dari bangku.

Menghadang dengan lengan panjangnya untuk mencegah Jeongwoo yang mau bangkit dari bangku, karenanya pemuda itu kembali duduk.

"Loh aku ga dikasih pujian?"

"Pengen banget?"

"Iyalah, kan aku yang nyari materi, sampe begadang."

"Kerja bagus, my love."

Kaget dengan panggilan dari Jeongwoo untuknya, semoga aja tidak ada yang mendengar. "Heh!!"

"Tuhkan, udah dipuji malah diprotes."

"Jangan ngadi-ngadi kamu, Jeongwoo."

"Tangan lo minggir, gua mau berdiri."

Menyingkirkan lengannya dari dada Jeongwoo dan kemudian langsung berdiri, dia masih duduk dan males untuk kembali ke tempatnya. Dia masih harus mengembalikan proyektor LED ke kantor program studi sebelum benar-benar bebas tugas.

Akhirnya juga berdiri untuk membereskan peralatan yang digunakan untuk diskusi hari ini. Jeongwoo yang sudah jauh darinya kembali datang untuk membantu, karena laptop yang digunakan adalah milik pemuda itu.

Hierarchy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang