Berdiri di depan gedung asrama nungguin Haruto, sengaja ga ngabarin buat ngasih kejutan. Banyak yang keluar masuk, beruntung ga ada satu pun yang mengenalinya. Agar terlihat seperti orang biasa, kali ini dia pake kaus putih dengan jaket denim blue light dan jeans hitam, masker hitam untuk menyamarkan identitas.
Empat orang keluar barengan, salah satu di antara mereka adalah seseorang yang dia tunggu. Berkontak mata agar Haruto sadar dengan kehadirannya, malah disambut dengan senyum doang dan lanjut jalan.
"Dia ga kenal gua?" Bahkan Watanabe Haruto pun tidak mengenalinya. Antara kesal atau senang karena penyamarannya berhasil, tapi kesal karena ga dinotis.
Merogoh ponsel di saku, membuka kunci layar dan pergi ke aplikasi telepon. Mencari kontak orang yang barusan lewat, menekan tombol panggil. Jeongwoo tidak menempelkan ponselnya di telinga, menurunkan masker untuk melihat reaksi Haruto ketika sadar kalo dirinya adalah orang yang disenyumin tadi.
Salah satu di antara empat orang itu merogoh ponsel di dalam tas dan kemudian langsung menjawab panggilannya. Melirik kesana kemari, berbalik dan kaget dengan kehadirannya.
Meninggalkan tiga teman yang tadi keluar barengan dari asrama dan langsung berlari ke arahnya.
"Maaf banget, aku gatau kalo itu kamu," ucap Haruto dengan panik.
"Lupakan," rajuk pemuda itu yang membuatnya nambah panik.
Gimana ga panik, Haruto tidak sadar kalo seseorang yang berkontak mata tadi adalah Park Jeongwoo. Karena juga terlihat berbeda yang biasa pake blazer atau mantel coklat terang, sekarang tampil dengan gaya baru.
Dia gatau gimana cara menghadapi seorang Pangeran yang lagi ngambek, dikasih naik takhta baru ga ngambek lagi kali ya. Menyusul Park Jeongwoo yang meninggalkannya lebih dulu, seperti biasa menjaga jarak dengan berjalan dua langkah di belakang Pangeran.
Anak laki-laki yang masih pundung itu berbalik, "Bisa gak kita beriringan? Lo jangan ada di belakang gua."
"Aku lebih nyaman di belakangmu,"
"Tunggu gua naik takhta dan lo bisa dua langkah di belakang gua."
Jawaban Jeongwoo di luar dugaan dan membuatnya tersipu. Semudah ini jatuh cinta, ga ada tantangan sama sekali. Yang di belakang maju dua langkah, kemudian kedua anak manusia itu berjalan beriringan.
Ga ada yang aneh jika sejajar dengan Pangeran, entahlah cuma suka aja kalo di belakang.
"Btw, nanti jam 1 gua ga bisa masuk, mau nganter Raja ke bandara." kata pemuda sebaya di sisinya, yang menurutnya juga informasi sensitif.
Baiklah, dia ga perlu nanya Raja mau pergi ke mana, yang penting udah dapet kabar duluan.
"Lo pasti tau kan Perjanjian Iklim Paris? Nah Korea Selatan mewakili Asia Timur untuk datang, Indonesia mewakili Asia Tenggara, dah itu yang gua tau," lanjut orang dalem Istana itu. Terserah Jeongwoo mau spill apapun, dia akan tetap menjaga rahasia negara yang dibocorin langsung.
"Dalam rangka apa?"
"6 tahun peringatan Perjanjian Iklim Paris, "
"Baiklah, nanti gua kasih tanda izin di daftar kehadiran."
"Kalo ada tugas nanti kasih tau aja."
"Siap, Pangeran. Hehe."
Masih pagi dan kelas belum terlalu ramai. Ada yang sarapan, ada yang tidur, main game. Haruto mengambil tempat duduk di baris belakang, di antara dua bangku yang ada tas tapi ga ada orang.
Dia menyingkirkan ransel yang gatau punya siapa, ditempatkan paling ujung. Sekarang dia mendapatkan tempat di sebelah Haruto.
No one can touch my Watanabe Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy ✔
Hayran KurguKisah Pangeran dari negara monarki Korea Selatan dengan mahasiswa beasiswa, harus melewati tantangan yang sulit karena keduanya berbeda secara hierarki. Book pertama: Hierarchy Book kedua (sekuel): First Love Never Wrong. Warning!! Hanya cerita fiks...