Untunglah homestay tempat rekan kerjanya tinggal ada kamar kosong. Melihat brosur daftar tipe kamar berserta harga dan fasilitas, mulai dari paling murah yaitu berbagi kamar untuk traveller budget pas-pasan, hingga harga termahal dengan fasilitas yang lebih privasi, kamar mandi di dalam dan memiliki balkon pribadi.
Karena yang membayar nanti bukan dirinya, tentu dia memilih yang paling mahal. "Saya memesan tipe Super VIP."
"Bayar sekarang atau uang muka?"
"Apakah menerima pembayaran dompet digital?" Ponsel milik Jeongwoo ada di genggamannya, karena dompet digital di ponsel tersebut punya saldo yang fantastis, saldo yang begitu banyak dan diperkirakan bisa membeli rumah.
Kasir memberikan perangkat pembayaran cashless yang berbasis NFC. Haruto melepas case terlebih dahulu agar tidak gagal ketika di-scan karena letak antena ada di belakang, membalik ponsel sehingga layar menghadapnya, kemudian mendekatkan ke perangkat tadi. Saldo langsung berkurang dan pembayaran selesai.
"Mohon tanda pengenal."
Karena tidak memiliki kartu identitas resmi untuk negara ini, jadi dia mengeluarkan kartu mahasiswa dari dompetnya. "Apakah ini bisa diterima?"
Si Kasir membaca kartu pengenal dari kampusnya, biodata di situ lengkap banget, mulai dari nama lengkap hingga kebangsaan. "Baiklah, bisa diterima."
Menerima cardlock kamar dan nota pembayaran, dia kembali ke Nishimura Riki yang menemani pacarnya yang terlelap. Tidak bisa sama sekali dibangunin, jadi dia menggendong Jeongwoo dari mobil ke ruang tunggu.
Tidak lupa dipakein topi untuk menyamarkan identitas Pangeran Park agar tidak bikin heboh satu negara.
Masih berlanjut untuk menggendong pacarnya di punggung naik ke lantai dua, benar-benar terlelap dan gak bisa dibangunin.
Pemuda itu mengekornya siapa tau nanti perlu bantuan menyeret saudara Raja Park II."Apakah Pangeran selalu seperti ini?"
"Entahlah, gua bukan keluarganya."
"Dia benar-benar depresi, makanya kabur ke restoran kita."
Haruto mengiyakan kebohongan yang dia buat bahwa tidak sengaja bertemu Pangeran Park yang mabuk di ruang VIP. Niki juga udah tau kalo dia sekelas dengan saudara Raja yang berkuasa di negeri ini.
Seseorang yang digendong bergerak, mengeluh perut sakit dalam keadaan sepersepuluh dari 100% kesadaran.
"Perut gua sakit banget, mau meledak."
Park Jeongwoo memuntahkan semua isi perut, mengenai jaket dan sebentar lagi tembus ke kemeja.Sialnya dia tidak mengenakan baju dalaman, semoga tidak tembus ke kulitnya. Jangan ditanya seperti apa aroma menjijikkan yang menempel di tubuhnya. Untung sudah di depan kamar, bukan muntah ketika mereka di tangga atau masih jauh.
"Sialan! Jeongwoo!!" Dia dan Niki daritadi ngomong pake bahasa ibu, balik lagi pake bahasa Korea untuk mengumpat.
"Ewhh..." Niki hanya bisa berkomentar jijik.
"Sakith banget."
Mau marah tapi yang dimarahin adalah pacarnya, betapa nyusahin manusia satu ini kalo teler. Dia rasa lebih parah Jeongwoo kalo mabuk daripada Raja Park II seperti yang diceritakan. Cairan menjijikkan itu tidak ada yang turun ke lantai, justru mengalir semakin lebar di jaket hijau kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hierarchy ✔
FanfictionKisah Pangeran dari negara monarki Korea Selatan dengan mahasiswa beasiswa, harus melewati tantangan yang sulit karena keduanya berbeda secara hierarki. Book pertama: Hierarchy Book kedua (sekuel): First Love Never Wrong. Warning!! Hanya cerita fiks...