30,5 . Without You

412 64 5
                                    

Semenjak melepas gelar Pangeran dari Joseon dan meninggalkan Istana Genting Biru, Park Jeongwoo bisa bebas ngapain aja. Termasuk buat akun Instagram baru yang langsung diserbu penggemarnya, membuat jumlah followers-nya hampir melampaui idol aset negara alias Pramuka Anti-Peluru.

Juga bebas kemana saja tanpa pengawalan, yang membuatnya bisa pergi ke Pulau Jeju. Tapi tetap saja merasa kurang karena Haruto tidak ada di sisinya. Satu hari setelah kepulangan ke tanah air, Jeongwoo langsung merindukan sosok pemuda itu.

Berjemur di bawah terik matahari sambil menikmati es kelapa muda, desiran ombak sangat memanjakan telinga. Ketenangannya diganggu oleh seseorang yang melempar bola kepadanya.

"Lo jangan bejemur terus, kulit lo nambah gelap. Sini main voli."

"Dih, sama aja."

Orang ini aneh. Biasa pemalas dan tukang rebahan, kini mengajaknya main voli.

Dia berlibur bersama Junkyu, putra Menteri Keuangan Kim Junmyeon, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur utama bank sentral Bank of Korea.

Kim Junkyu merupakan teman sebaya kakak Jihoon, karena mendiang ayahnya dan Menteri Keuangan berteman lama. Baru diangkat jadi jaksa di Kejaksaan cabang distrik Jongno. Kelak dia akan menjadi jaksa juga, Haruto sama  sepertinya yang nanti mendapatkan gelar Sarjana setelah lulus.

Karena tidak ada teman bertanding lagi, Junkyu juga rebahan di kursi pantai yang terletak di seberangnya.

"Jeongwoo, gua kepo dengan berita mencenggangkan sebelum lo mundur dari Istana," ucap Junkyu dengan kata kiasan yang lebay.

"Kenapa?"

"Gak yakin kalo lo difitnah."

"Apa yang membuat Kak Junkyu gak yakin?"

"Kakak lo kabarnya juga difitnah, nyatanya emang iya punya hubungan gelap dengan koki istana Choi Hyunsuk. Lo pasti juga sama, punya pacar sesama gender yang hanya orang di Istana yang tau."

"Baru juga jadi jaksa sudah overthinking. Mana mungkin lah, gua lurus kak." Dia tidak telalu dekat dengan Junkyu, jadi belum tau gimana tabiatnya, takut kalo cerita malah ember.

"Halah."

"Kalo lo nyari informasi tentang gua lebih lanjut dengan nyogok Istana gua laporan ke polisi nih."

"Yaudahlah, lo gak perlu jawab, gua udah tau jawabannya."

"Terserah, Kak."

"Btw, Sampai kapan lo di sini?"

"Satu atau dua minggu."

"Buset, sekalian aja beli rumah."

"Rencananya sih mau sewa apartemen untuk 2 minggu."

"Pangeran mah bebas, eh lupa lo bukan Pangeran dari Joseon lagi."

Jeongwoo mengambil bola voli di dekatnya dan melempar ke Junkyu, tapi targetnya tidak kena alias meleset. Dia memang berencana untuk lebih lama di Jeju, melepas emosi dan menikmati kesendiriannya alias me time. Setelah dua minggu di sini akan pergi ke Iksan, tempat keluarga besar mendiang ibunya.

"Lo bakal melewatkan pertunangan kakak lo minggu depan?"

"Tidak usah gua jawab deh, Kak Junkyu udah tau.

"Kalian masih belum akur ternyata."

Hanya sedikit orang yang mengetahui kalo Raja Park II dan saudaranya tidak akur, tapi orang di Istana tau semua.

𝓗𝓲𝓮𝓻𝓪𝓻𝓬𝓱𝔂

Fukuoka, Jepang.

Ibukota Prefektur Fukuoka dan kota terpadat di pulai Kyushu, kota yang lebih dekat dengan Seoul daripada ibukota negara ini. Watanabe Haruto lahir dan besar di Fukuoka, bukan berasal dari keluarga hierarki tingkat atas seperti keturunan kerajaan atau bangsawan. Keluarganya bisa dibilang sederhana atau lebih dari cukup, karena lebih sering bersyukur dan tidak pernah merasa kekurangan.

Dia mengisi liburan dengan membantu pekerja di kios ikan hasil laut di pasar dekat pelabuhan, sedangkan ayahnya ada di kios cabang pasar induk. Haruto tidak membantu sang ayah di pasar induk karena capek akibat terlalu ramai, makanya mending di sini.

Jangan ditanya betapa dia merindukan sosok Park Jeongwoo. Dia hanya bisa membaca chattingan lama, melihat swafoto berdua kalo kangen, juga mendengarkan pesan suara dan lagu yang dinyanyikan Park Jeongwoo.

Karena mengikuti akun resmi @joseon_royalfamily di Instagram, dia tau kalo Jeongwoo mundur dari tugas sebagai keluarga kerajaan. Tidak habis pikir kalo Park Jeongwoo memang senekat itu.

Sore ini dia bermain bola bersama teman lama semasa sekolah menengah. Bermain bersama merupakan hal yang langka, karena mereka sudah sibuk masing-masing.

Mengibaskan oblong bola agar mendapatkan angin untuk tubuhnya yang berkeringat, teman-temannya belum ada inisiatif untuk beli minum, padahal lagi haus banget dan mager mau ke toko di sebrang lapangan bola.

"Ruto, ajarin gua bahasa Korea," ucap seseorang yang hobi ngewarnet dan sekarang masih nganggur.

"Apaan?"

"Bahasa Korea aku tampan gimana?"

"Naneun wonsungi." Haruto berdusta, karena bahasa Korea yang dia katakan artinya aku monyet.

"Serius gak nih?

"Serius lah."

"Kalo bahasa Korea cantik gimana?" tanya teman yang lain.

"Sekkia," jawabnya lagi, yang tentu saja tidak benar.

"Mana ada, sekkia artinya anjing lo atau brengsek. Gua sering denger teman mabar dari Korea yang mengumpat pake kata itu," protes anak warnet yang Haruto kibulin pertama kali.

"Lagian sih banyak nanya, gua ngomong aja terbata." Selama ini dia selalu terbata-bata, selalu menggunakan bahasa formal dan kaku, tapi hanya berlaku kepada Jeongwoo sih.

"Ada artis Korea yang lo temuin? Pernah Pramuka Anti-Peluru, Harta, Anak Nyasar atau HitamMerahmuda?"

Capek banget dihujani pertanyaan. Dikira Seoul sempit kali ya, jadi sering ketemu artis. "Gak pernah ketemu artis, pernah ketemu dengan Pangeran Park Jeongwoo."

"Serius lo?"

"Iya."

"Widih, gua aja jarang liat Pangeran atau Yang Mulia Kaisar di sini."

"Baik gak Pangeran Park?"

"Baik banget, humble dan ramah.

Park Jeongwoo bukan lagi sekadar ketemu, tapi menjalin hubungan kekasih. Sebatas ramah saja untuk mendeskripsikan nama orang yang ditanyakan, tidak mungkin dia mengumbar aib kalo Pangeran di sebrang sana sangat mesum.

𝓗𝓲𝓮𝓻𝓪𝓻𝓬𝓱𝔂

𝓗𝓲𝓮𝓻𝓪𝓻𝓬𝓱𝔂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hierarchy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang