03. When in Rome, do as the Romans Do

1.3K 242 3
                                    

Usaha Jeongwoo untuk memahami materi di waktu yang sempit membuahkan hasil, yang mana dia mampu menguasai presentasi dan diskusi bareng Haruto. Penyampaian materi, sesi tanya jawanb dan salinan makalah keduanya diterima baik oleh dosen pengampu.


"Semoga apa yang disampaikan oleh pemateri, Bapak Dosen dan teman-teman sekalian bisa bermanfaat untuk kita semua..." Alex berperan sebagai moderator menutup presentasi di pagi menjelang siang ini.

Setelau penutupan, dosen langsung keluar dan kelas jadi ribut, Alex sudah kembali bergabung bersama yang lain. Keduanya masih di depan kelas membereskan peralatan yang digunakan untuk presentasi, temasuk laptop milik Jeongwoo.

"Kerja bagus, Jeongwoo." puji Haruto di sela kesibukan membereskan buku-buku.

"Lo juga. Masih ada mata kuliah setelah ini? Kalo waktu masih panjang gua mau traktir lo."

Walaupun tadi udah sarapan, tapi kalo ditraktir tidak akan menolah, apalagi ditraktir oleh Jeongwoo. "Kenapa tiba-tiba? Dan Jam 1 nanti ada mata kuliah lagi, tapi masih harus konfirmasi ke dosen dulu."

"Gua merasa ga enakan karena semalem, jadi gua rencana mau traktir lo sebagai balas budi."

"Terima kasih, Jeongwoo."

"Mau kemana?"

"Terserah Jeongwoo aja." Haruto nurut, terserah mau kemana. Sebelum kembali ke tempatnya, dia mengumumkan mata kuliah jam 1 nanti di depan kelas. Ketika kembali, Jeongwoo udah siap keluar bawa tas. Dia mengambil tas dan menyusul putra dari Raja Park yang udah duluan di luar.

Korea Selatan menganut monarki konstitusional, karena alasan historis membuat negara ini berkiblat ke Eropa dengan tidak menghilangkan budaya lokal. Dia berjalan beberapa langkah di belakang Prince of Joseon itu, mengikuti apa yang dilakukan oleh rakyat biasa di negara monarki.

Meminjam buku tentang Joseon Royal Family dari perpustakaan dan belum semuanya dibaca, masih pada bagian sejarah. Jadi belum tau apa yang harus dilakuin jika jalan berdua sama Pangeran. Haruto mundur sedikit, etika tidak tertulis di Jepang sih seperti itu.

Karena juga kagok dekat sama keluarga kerajaan, besar di Jepang dan tidak pernah punya teman dari keturunan Kaisar, apalagi hubungan keluarga. Keluarganya hanya rakyat biasa.

Yang di depan menghentikan langkah dan menoleh ke belakang, remaja itu melihatnya dengan raut heran, "Haruto, lo kenapa jauh banget?"

"Menjaga etika keluarga kerajaan, jadi aku mundur sedikit," jawabnya.

"Gua bukan Ratu Elizabeth dan lo juga bukan Prince Philip. Kita berada di luar lingkungan istana, jadi ga ada yang ngatur." Jeongwoo menghargai usaha ketua kelasnya untuk menjaga etika, tapi menurutnya itu terlalu berlebihan.

"Baiklah." Tbh, dia nyaman berjalan di belakang Jeongwoo.

"Hilangkan kecanggungan di antara kita, karena kita temen satu kelas."

Haruto yang keliatan katrok akhirnya maju, berjalan berdampingan dengan Prince Park. "Dan satu lagi, berbicaralah informal dengan gua, kita sebaya kan?"

"Iya, aku lahir bulan April."

"Bahkan lo lebih tua dari gua beberapa bulan."

.

Walaupun tadi meminta jangan canggung, tapi tabble manner Jeongwoo bikin dia insecure, karena ada perbedaan tabble manner Jepang dan Korea. Dia belajar dari cara makan Park Jeongwoo untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru.

Hierarchy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang