"Yes aku jadi Snow white-nya!" Pekik Jungkook sesaat setelah membuka gulungan kertas yang dibagikan.
Aula langsung ribut dengan teriakan. Semua langsung meledeknya. Pasalnya yang akan jadi pangerannya adalah Jin, pria tertampan seantero kampus. Tak heran memang, mengingat keduanya adalah primadona kampus yang selalu di jodoh-jodohkan. Jungkook sendiri jelas sekali menampakkan ketertarikannya pada Jin. Sedangkan Jin hanya berlaku biasa saja, tak terlalu memikirkan omongan orang-orang yang menjodoh-jodohkannya dengan Jungkook. Mereka juga sebenarnya memang sangat dekat. Dimana ada Jin, disitu pasti ada Jungkook.
Satu minggu lagi, di kampus akan mengadakan pentas seni. Untuk jurusan mereka, semua memilih memainkan drama 'Snow White'.
-
Hari H
Semuanya sudah siap, mereka latihan dengan maksimal. Jungkook terlihat sangat antusias, auaranya dari tadi sampai di kampus sudah sangat ceria. Terlihat sangat puas.
Hingga waktunya mereka tampil, semua berjalan lancar. Masing memainkan peran mereka dengan baik, begitu menghayati. Apalagi saat Jungkook muncul dan menunjukkan aktingnya. Semua penonton bersorak ramai. Dandanannya yang begitu cantik, memukau semua mata yang menatapnya. Sangat mempesona.
Sampai tibalah saat Snow White diberi makan apel oleh penyihir dan tertidur. Para kurcaci panik mengangkat tubuhnya yang lemas, ke atas dipan. Semua bersedih, berkumpul mengelilingi sosok Snow White yang terbujur kaku.
Penonton juga ikut terhanyut, beberapa bahkan sudah menangis. Akting mereka totalitas sekali.
Pangeran akhirnya muncul, mulai mendekat dengan wajah begitu khawatir dan penuh penyesalan. Menyesal karena terlambat menyelamatkannya dari si penyihir.
Adegan yang ditunggu-tunggu, pangeran mencium Snow White. Semuanya diam, menanti moment itu. Beberapa yang memang shiper mereka, memekik tertahan.
Detik-detik bibir mereka akan bersentuhan, Jin mencium bau aneh dari mulut Jungkook.
Bukan..
Bukan bau jigong.
Tapi bau almond yang menguar dari mulut Jungkook. Baru sadar kalau bibir Jungkook tidak lagi merah, melainkan sekarang berubah menjadi biru pucat.
"Jungkook!" Panggilnya, ia tak jadi mencium Jungkook. Wajah khawatirnya kali ini bukan lagi sebuah akting. Ia berusaha membangunkan Jungkook, namun mata bambi itu tak kunjung terbuka.
Mereka semua panik, bahkam penonton juga panik. Jin segera membopong Jungkook, untuk dibawa ke rumah sakit.
Semua yang di aula ikut keluar, mengantar Jungkook dan Jin.
Hanya satu orang yang tidak ikut. Seorang pria cantik dengan seringaian khas miliknya, tengah duduk santai dikursi pojok penonton. Ia mengambil bedak, membukanya dan menatapi wajahnya yang terpantul dari cermin bedak itu.
"Akhirnya.. orang tercantik di dunia sudah mati. Wahai cermin, sekarang akulah orang tercantik di dunia!"
Ia menyimpan kembali bedaknya, kemudian beranjak keluar aula.
-
Banyak yang menangis sedih, saat pemakaman Jungkook.
Pria cantik itu meninggal karena memakan apel yang sudah di olesi dengan sianida. Tak ada bukti valid siapa pelakunya, bahkan kecurigaan mereka bahwa yang memerankan penyihirlah yang mengolesi sianida, tak terbukti sama sekali. Si penyihir mengaku, bahwa ia diberi apel itu hanya saat sebentar lagi adegan penyihir memberi apel untuk Snow White. Juga yang memberi apel mengaku tidak mengolesi apelnya. Dia hanya mengambil apel itu dari plastik, karena apelnya memang baru dibeli. Mengecek pembeli apel dan penjualnya juga percuma. Tak ada bukti sama sekali, bahkan cctv di semua sudut kampus tak membantu sama sekali. Juga tak di temukan botol atau sejenisnya, yang bisa dijadikan wadah untuk menyimpan sianidanya. Sehingga kasus pembunuhan itu mendapati jalan buntu, hingga akhirnya kasusnya ditutup.
Teriakan histeris dari ibunya Jungkook, terdengar pilu. Setiap yang mendengarnya akan merasa sangat kasihan padanya. Bagaimanapun, Jungkook adalah anak satu-satunya.
Jin sendiri juga ikut menyesal, karena ia benar-benar tidak bisa membantu apapun pada 'Snow White'nya. Dicium berkali-kalipun, Jungkook tak akan bangun dari tidur panjangnya layaknya di cerita yang mereka mainkan.
Sebuah jari lentik menarik-menarik jasnya pelan.
"Ada apa Voo?"
Voo menggigit bibir bawahnya, gugup.
"Kamu mau pulang? Capek?" Si manis mengangguk pelan, kemudian menunduk.
"Ya sudah, ayo kita pamit dulu.." ajak Jin, ia merangkul sayang adiknya. Voo memang tidak boleh kecapean sedikit, dia akan sakit. Voo terlahir prematur, meski tubuhnya terlihat sehat dan tumbuh layaknya anak pada umumnya, tapi pemikirannya masih sangat polos. Ia masih tetao menggemaskan layaknya anak kecil berumur tujuh tahun.
Setelah berpamitan, Jin singgah sebentar di pusara Jungkook. Meletakkan buket bunga mawar dolcetto, mawar berwarna ungu muda yang disukai Jungkook.
Voo hanya mematai Jin dan pusara Jungkook. Seringaian muncul dari bibirnya.
Tak ada yang bisa mengambil 'pangeran' dariku
♡
Tamat
°'°'°'°'°