Sore itu, jalan di sebuah desa cukup terpencil mulai sepi. Para pejalan kaki mulai mangambil langkah cepat untuk kembali ke rumah masing-masing, juga yang mengayuh sepeda makin mempercepat kayuhannya.
Tidak, cerita ini bukan cerita horor kok. Hanya saja, memang seperti itulah tiap sore di desa ini.
Para penjual mulai menutup kedainya, karena memang tidak ada lagi aktifitas dimalam hari disini. Tak ada alasan khusus, memang sudah begini dari dulu.
Senja mulai beranjak. Seorang pria tampan namun juga cantik, terlihat masih saja duduk santai sembari membereskan tatanan bunga mawar yang dijualnya dari pagi tadi. Namanya Taehyung, pria itu selalu tersenyum manis pada siapapun yang mau membeli bunganya.
Saat ia sudah selesai menata bunganya dan siap akan masuk ke rumah, seseorang datang. Seorang yang tampan, dengan wajah ramah berhiaskan senyum menawan.
"Siapa saja yang sudah membeli bungamu?" Tanyanya.
Taehyung mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan tersebut. Ditatapnya lamat wajah tampan dihadapannya, lantas beberapa saat kemudian ia tersenyum.
"Ada beberapa turis tadi yang membelinya tuan." Jawabnya.
"Apa bunganya masih segar?"
"Tentu, anda bisa memeriksanya sendiri tuan."
"Ah, tidak perlu. Aku akan membelinya."
Taehyung mengambilkan setangkai mawar dan memberikannya pada pria tersebut seraya berkata, "ini untukmu tuan. Tidak perlu membayar.."
"Mengapa?"
"Mawar ini lambang CINTA tuan. Dan kau sedang KERING akan CINTA."
Pria itu tersenyum sedikit lebar dari sebelumnya. Ia mendekat, menggenggam tangkai bunga itu bersamaan dengan tangan Taehyung.
"Kalau begitu menikahlah denganku."
"Temui orangtuaku dulu tuan." Jawabnya dengan santai.
"Baiklah, dimana orangtuamu?" Tanyanya dengan penuh percaya diri.
Taehyung masih tersenyum ramah, namun auranya mulai berbeda.
"Mereka sekarang berada di Iģbo tuan, tempat kau membuang mereka. Mr. Kim Seokjin."
END
Cerita diatas bukan murni buatanku. Aku ingat salah satu cerpen yang dulu pas SMA kubaca. Karena suka, jadi ku remake deh ke versi JinV.
Ada mungkin yang tidak asing dengan cerita ini?
Percakapannya aku tidak ingat jelas, itu percakapan versi ingatan acakku. Tapi intinya kurang lebih seperti itu.
Menggantung?
Memang🤧
Aku juga bacanya kegantung, hampit mati. Untung kegantungnya di pohon tomat.
▪︎~▪︎~▪︎~▪︎~▪︎~▪︎
Oh, kalau ada yang nanya kenapa book lain gk update-update.
Bwehehehe😅
Aku lumayan sibuk akhir-akhir ini. Nulis oneshoot ini aja, DITII (Datang Ilang, Ta Ilang Ilang). Pas lagi ngetik, eh tiba-tiba dipanggil. Pas udah beres kerjaan, malah hilang idenya🤷♀️
Jadi begitulah..
Maafin aku yang suka numpuk hutang ini🤧