⚠️Mengandung kekerasan, harap untuk tidak dicontoh
Bijaklah dalam memilih bacaan.Yang tidak suka dengan angst, bisa diskip aja kok🤗
"Dari semua orang, kenapa harus dia!?" Gertaknya kesal pada pria yang tersenyum bagai iblis di hadapannya.
"Karena kau menyukainya, harusnya kau berterima kasih padaku karena sudah membawanya padamu." Ucapnya tak acuh, seringaian masih terpatri di wajahnya.
"Sesekali cobalah menyempatkan diri untuk merasakan tubuhnya, he's so prety and sexy.."
Jin tertawa menyebalkan, ia sangat suka menyiram bensin untuk memperbesar api amarah pria ini. Terasa begitu menyenangkan melihat wajah kakunya yang menggeram marah. So handsome.
"Kau benar-benar pria brengsek!"
"Owh.. kau mengatai dirimu sendiri bung, kau lupa?"
"Kau bahkan menyakitinya!"
"Koreksi boy.. bukan aku, tapi kita." Jawabnya dengan tawa jahat yang menyebalkan.
"Jangan samakan aku denganmu! Aku bukan pria yang tidak waras sepertimu!" Kecamnya, tangannya sudah terkepal kuat. Ingin sekali meninju pria dihadapannya ini.
"Kau pikir aku peduli? Oh ayolah, aku juga sebenarnya sangat berterima kasih padamu. Sungguh, typemu sangat luar biasa.." Jin kembali memanas-manasinya agar kemarahannya memuncak. Wajah memerahnya sungguh terlihat sangat menggairahkan.
"Dia sama sekali tidak pantas kau perlakukan seperti itu, Jin!"
"Tidak pantas? Hh.. aku hanya bersenang-senang dengannya, tidak usah berlebihan."
"Bersenang-senang katamu!?" Jin berhasil memancing amarah pria ini. Ia tersenyum jahat.
"Apa kalimatku kurang jelas? Apa kau mulai tuli karena terlalu sering berkutat dengan tumpukan kertas? Sesekali latihlah telingamu dengan mendengar desahannya, aku yakin telingamu akan kembali normal.."
"Kau..!" Ia makin terlihat kesal, "kau bisa melakukan apapun dengan yang lain, kenapa harus dia!? Tidak puaskah kau dengan puluhan wanita dan pria milikmu!?"
"Kau yakin menanyakan itu padaku? Oh ayolah.. kau sangat tau seperti apa aku, untuk apalagi bertanya?"
"Dan kau tau juga aku, lalu kenapa kau menculiknya!?"
Jin menyeringai, ia sangat suka melihat pria ini marah. Sudah menjadi kebiasaannya mengusik ketenangan pria ini.
"Because you love him, jwan.."
Prank!
Cermin di hadapannya pecah berantakan, sosok Jin masih nampalk di serpihan kaca. Sosok yang tertawa senang, berhasil mengusik ketenangan dan merebut sesuatu yang selalu Jwan dijauhkan darinya, lalu menghilang dibalik kegelapan. Tempat dimana ia seharusnya ada.
-
Dadanya terhentak kasar, membuat V terbangun dengan keringat bercucuran dan napas tersenggal-senggal seakan habis lari maraton. Kepalanya berdenyut nyeri, mengingat apa yang baru saja dimimpikannya. Setelah sekian lama ia terkurung, ini pertama kalinya ia bermimpi. Mimpi buruk yang terasa sangat nyata.
Mimpinya berisi ia yang menyelamatkan seorang pria yang ia tak bisa lihat jelas wajahnya karena penuh dengan lebam dan luka. Memintanya untuk menyembunyikannya. Bagai terhipnotis, V mencoba memapah pria itu, membantunya bersembunyi di balik tempat sampah disebuah lorong gelap. Sejurus kemudian, ia bisa mendengar derap terburu yang sepertinya disebabkan oleh beberapa orang. Berhenti sejenak di lorong tempat mereka sembunyi, samar ia mendengar suara garang yang memerintahkan entah kepada siapa untuk mencari ke seluruh penjuru lorong. Ia harus menahan napas kuat-kuat, selain takut desah napasnya terdengar, ia juga tidak ingin menghirup bau sampah yang sungguh membuat perutnya melilit mual. Posisi mereka memang berada di tumpukan sampah yang tidak muat masuk didalam tempat sampah besar itu, beruntungnya lagi pakaian yang dipakainya berwarna hitam, menyatu dengan malam dan gelapnya lorong. Ia kembali mendengar dengusan kasar dari orang yang tadi memerintah, mungkin kesal karena gagal menemukan mereka. V sangat yakin, kalau yang mereka cari adalah pria yang kini sedang dalam dekapannya.