"Kau benar-benar akan pindah, hyunggie...?"
Jin hyung menoleh sekilas padaku, kemudian mengangguk.
"Hufth... Kita akan jarang bertemu kalau begitu..."
Susah payah aku menahan airmataku, mengingat dia akan pindah cukup jauh dari rumahku.
"Kenapa berasumsi begitu, hm...?"
"Tentu saja, rumahmu jadi jauh dari rumahku. Ditambah kerjaanmu makin menumpuk, bukahkan kau harus mengejar deadline?"
"Tapi, kita masih akan sering bertemu kok."
"Terserahmu hyung... Sudah, ayo bereskan ini cepat!"
Jin hyung tertawa kecil kemudian beranjak dari sisiku, mengangkat kardus kecil di atas meja.
Aku membereskan beberapa buku juga naskah yang dibuatnya.
"Ah, hyung! Ini kan naskah yang kau buatkan untukku... Masih kau simpan?"
"Aku tidak pernah membuang naskah buatanku, kalau kau lupa Voo. Tentu saja aku menyimpannya juga."
Aih... Rasanya sedih mendengar jawabannya seperti itu.
"Eh, Voo! Bukankah ini kalungmu?"
"Ha...? Mana!?"
Dengan cepat aku meraih kalung yang digenggam Jin hyung, dan benar. Itu kalungku.
"Kok bisa ada di sini?"
"Sini, aku pakaikan."
Ia mengambil kalungku, kemudian membalikkan tubuhku.
Tring
Eh?
Aku mendongkak ke atas, menatap wajahnya bingung.
Setelah memasangkan kalungku, sebuah kunci jatuh menganggantung menjadi buah kalungku.
"Kim Taehyung, ini kunci rumahku. Datanglah kesana setiap pulang kuliah, kita akan tinggal bersama."
Apakah ini lamaran?
"Lalu, saat umurmu 20 tahun nanti... Menikahlah denganku."
Astaga! Jangan bangunkan aku jika ini hanya mimpi!
"H-hyung...?"
Seperti merapi yang meletus, begitu perasaanku sekarang ini.
Jin hyung memelukku erat, aku bisa merasakan dadanya yang berdebar kencang, sama denganku.
_
Dengan perasaan riang, aku berjalan menyusuri trotoar sambil menghitung langkahku.
Akan kemana aku?