"Punya pacar gini amat. Minta aku datang, cuma buat liatin dia main game!" Seru V cukup kencang. Sengaja, agar pria berbahu lebar disampingnya sadar diri.
Dan berhasil. Jin lekas mematikan ponselnya, tak peduli ia kalau ia belum selesai main. Ia tak ingin kena amuk maung galak.
"Idaman banget deh" V tersenyum jail, lalu merebahkan dirinya di sofa dengan kepala berada di paha Jin.
"Kamu kesini, mandi gak sih Voo?" Tanya Jin sambil mengendus-ngendus.
"Udah kok."
"Kok bau?"
"Yak!" V langsung melayangkan bogem tepat di dada Jin, tapi sempat ditepis oleh Jin. Pria itu tertawa lebar, suara tawa khas yang terdengar menjengkelkan di telinga V.
"Bau harum maksudku."
"Au ah, aku ngambek nih. Mau pulang aja!" Ancamnya sembari bangkit dari rebahannya. Namun kalah cepat dengan Jin, yang langsung menahannya agar tidak bangkit.
V memutuskan menyalakan tv, lalu mulai menikmati tontonannya. Sambil memeluk tangan Jin, yang sesekali di kecupnya.
Cukup lama mereka terdiam, serius menonton. Sebenarnya cuma V yang serius menonton, sedangkan Jin serius memandangi wajah cantik pacarnya itu. Kadang terkekeh sendiri, kalau terlintas adegan lucu dan konyol V dalam benaknya.
"Nikah aja yuk. Biar bisa gini tiap hari," Ujar Jin tiba-tiba. V menoleh, menatap bingung pacarnya.
"Kamu lamar aku?" Jin mengangguk pasti.
"Gak ah. Aku masih sekolah!"
"Kan masih bisa lanjut nanti, setelah nikah."
"Gak mau. Ada-ada aja, ngajak sesuatu yang elit dikit kek. Malah ngajak nikah. Aneh tahu!" Pungkas V, lantas kembali menonton.
Jin terdiam akan penolakan V, ia menatap heran pacarnya itu. Diajak nikah malah dibilang aneh.
"Ya udah, bunuh diri yuk!"
END