Disteno

1.1K 55 6
                                    

Mau kuceritakan sebuah kisah klise tentang takdir?
_._
Teramat sering takdir mempermainkan kita, membuat kita pening bahkan gila.
_._
Protes? Tentu saja! Tapi apa takdir mendengarkan kita? Nope!
_._
Takdir seperti busur yang melesatkan anak panah dengan cepat dan tepat sasaran, tidak pernah meleset.
_._
Takdir, dia bisa saja melesatkan anak panahnya di waktu yang sama. Entah dua atau bahkan lebih.
_._
Kali ini, aku hanya ingin menceritakan sebuah. Salah! Tiga buah anak panah takdir yang melesat bersamaan.
.

.

.

Di sebuah restoran sederhana, duduk seorang pria_ ah aku tidak yakin dia adalah pria.

Seorang pria manis dengan surai biru terang yang mencolok, duduk sambil menikmati sepotong black forest di temani coklat panas.

Tak jauh darinya, di sebuah meja duduk tiga pria tampan yang sedang membaca majalah_ aku tidak yakin mereka benar-benar membacanya.

Bagaimana aku memulai menceritakannya?

Sepertinya aku harus menceritakan satu persatu, karena tak mungkin ku ceritakan sekaligus bagaimana takdir mereka melesat bersamaan.

Baiklah!

Tepat saat pria manis itu menghabiskan black forest dan coklat panasnya, saat itulah. Tiga anak panah takdir melesat kearahnya.

Ketiga pria yang sejak tadi memantaunya dari meja mereka, seketika berdiri bersamaan.

Pria pertama.

Tampan, dengan jas hitam, celana hitam dan sepatu yang mengkilap serta rambut tertata rapi. Sepertinya dia seorang pekerja kantoran.

Dia mulai maju dengan cepat dan mulai memperkenalakan dirinya, namun karena terburu-buru, dia malah membuat pria manis itu takut dan segera meninggalkannya tanpa menyambut uluran tangan pria berjas hitam itu.

_

Pria kedua

Kaus putih berpadu dengan jaket berbahan levis dan celana jins yang robek di lutut, jangan lupakan topi yang menambah gurat tampan pria ini.

Dia mendekati pria manis saat si pria manis sudah berada di luar restoran, kali ini dia berhasil mengenalkan dirinya.

"Hai! Aku Park Jimin, panggil Jimin saja."

"Oh... Hai! Senang berkenalan denganmu, aku Kim Taehyung. Kau bisa memanggilku V"

"Apa kau tidak digigit semut?"

"Eh!?"

"Kau itu manis, apa kau tidak mengetahuinya?"

V hanya tersenyum dan bersemu merah, ayolah... Gombalan itu sudah sangat sering didengarnya, bahkan bosan mendengar gombalan-gombalan itu.

Tapi kenapa saat Jimin yang menggombal malah membuat tersipu dan suka di gombalin.

Mereka berpisah setelah perkenalan itu, tapi Jimin berjanji akan menemuinya di town squer tepat pukul 5 setiap sore hari.

A F ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang