Cahaya mentari mulai bersinar dan masuk ke kamar itu melalui celah-celah gorden yang masih tertutup.Di ranjang terdapat sepasang kekasih yang masih terlelap dengan posisi berpelukan. Dan juga jangan lupakan tubuh keduanya yang tak mengenakan sehelai benang pun setelah kegiatan mereka semalam.
Sang wanita perlahan mulai mengerjapkan matanya. Pemandangan yang pertama kali ia lihat setelah membuka mata adalah dada bidang pria dihadapannya.
Pipi Nara sontak memerah setelah mengingat seberapa panasnya kegiatan mereka semalam. Apalagi Jeno, pria itu tak memberinya waktu untuk beristirahat sedikit pun.
Tapi kemudian perlahan senyuman terbit dibibir sang wanita. Nara semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Jeno. Bahkan ia juga menggesek-gesekkan hidungnya disana.
Kegiatan itu sontak membuat Jeno perlahan membuka matanya. Sudut bibirnya tertarik membuat sebuah senyuman tipis.
"Berhenti Ra" ucapnya sembari mengeratkan dekapannya. Nara tentu terkejut, ia tak bergerak sedikit pun.
"Kalo kamu terus begitu, aku nggak yakin kita akan pulang siang ini" Nara meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia jelas mengerti apa yang diucapkan oleh pria dihadapannya itu. Oleh karena itu ia lebih memilih diam, dari pada nanti ia tak bisa berjalan normal selama berhari-hari.
"Oh iya, kok kamu tau aku sama si kembar ada disini?"
"Aku tau dari Karina" senyuman Nara sontak memudar. Mengingat Karina pernah melihat tubuh atasan Jeno tanpa baju.
"Oh"
Jeno yang menyadari kekesalan Nara akhirnya ia kembali mengeratkan dekapannya pada tubuh Nara.
"Kamu masih inget kejadian itu?" Nara hanya terdiam. Walaupun ia tau itu hanya rencana Karina dan Jaemin. Tapi entah kenapa ia masih saja tak rela wanita lain mengetahui tubuh atletis milik Jeno-nya. Apa ini yang dirasakan Jeno ketika melihatnya disentuh Jaemin tadi malam?
"Udah lupain semua. Sekarang aku hanya milik kamu. And you're mine" ucap Jeno sebelum mengecup beberapa kali puncak kepala wanitanya.
"Lusa kita nikah" Nara sontak melebarkan kedua matanya sambil menengadahkan wajahnya untuk menatap wajah Jeno.
"Lusa?" Jeno mengangguk mantap. Bukankah terlalu terburu-buru?, Pikir Nara.
"Kenapa haru-"
"Aku nggak mau tunangan atau apa lah itu. Pokoknya keputusan aku udah bulat. Lusa kita nikah." Tegas Jeno tanpa mau diganggu gugat. Kalau begini Nara hanya bisa pasrah.
Pikirannya kali ini dipenuhi banyak hal. Apakah ia sanggup mengemban tanggung jawab sebagai istri? Apa ia masih pantas dengan Jeno? Apa ia sudah siap berumah tangga?
"Sayang" Jeno mengangkat dagu Nara agar menatapnya. Karena Nara sedari tadi hanya menatap dada bidang Jeno dengan tatapan kosong.
"Kamu jangan mikirin yang nggak-nggak. Sekarang udah waktunya kita ke jenjang yang lebih serius, yakni jenjang pernikahan. Dan mungkin sebentar lagi Jeno junior bakalan hadir disini" Jeno mengusap perut rata Nara sembari menatap mata wanitanya itu. Senyumannya semakin melebar dan itu sontak membuat matanya juga ikut tersenyum.
Nara juga ikut tersenyum tipis. Pria dihadapannya benar, tak lama lagi mungkin akan ada kehidupan baru didalam tubuhnya. Mengingat Jeno semalam mengeluarkan semuanya didalam. Ahh lagi-lagi Nara mengingat kegiatan mereka semalam.
"Pipi kamu merah? Hayo ngelamunin hal jorok yah?" Goda Jeno yang membuat pipi Nara kian memerah. Jeno terkekeh geli melihatnya. Sedangkan Nara kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Daddy || Lee Jeno[✓]
Short Story[End] Hanya karena insiden semalam, persahabatan Jeno dan Nara yang sudah terjalin lama harus hancur. Jeno yang setengah sadar malam itu malah membuat kesalahan yang amat besar. Itu juga yang membuat sahabatnya menjauh darinya. "Gue benci lo Lee Jen...