03. Semoga Jodoh

61 9 5
                                    

"Ucapan adalah doa. Maka daripada itu, ucapkanlah perkataan yang baik."

–Mba Dewi–

–Mba Dewi–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

11.30 WIB

Zahwa tersadar dari pingsannya selama tiga jam. Ia melihat sekelilingnya, dan hanya ada ruangan serba putih dengan bau yang khas.

Zahwa berniat menggerakkan tangannya, tetapi tertahan oleh kepala Adnan yang setia bertengger di atasnya.

"M-mas?" panggil Zahwa dengan suara parau.

"Mas Adnan, bangun ...."

Adnan merasa tidurnya terganggu. Kemudian ia membuka dan mengucek matanya. Objek yang pertama kali ia lihat adalah wajah pucat Sang Adik.

"Eh, Dek. Kamu udah bangun?"

Zahwa mengangguk lemah, "Udah."

"Mas, aku kok diinfus?" Zahwa heran saat mengetahui ada selang putih di punggung tangannya.

"Gapapa, Sayang. Biar kamu cepat sembuh."

"Memangnya aku sakit apa?"

Pertanyaan dari Zahwa sukses membuat bibir Adnan kilu. Dia diam seribu bahasa hanya untuk menjawab satu pertanyaan Zahwa.

Adnan tersenyum simpul dan terpaksa berbohong, "Penyakit biasa, kok."

"Apa?" Zahwa mengerenyitkan dahinya.

"Udah, kamu jangan mikirin itu. Yang terpenting kamu harus sehat dulu."

Zahwa membuang napasnya gusar. Ia tahu bahwa Masnya ini tengah berbohong padanya.

"Kenapa Mas Adnan harus bohong, sih?" batin Zahwa.



Pulang Sekolah

Bayangan sinar matahari sudah sama dengan tinggi benda sebenarnya. Itulah pertanda bahwa seluruh siswa/i MAN 2 harus pulang kerumahnya masing-masing.

Ayra menunggu di depan gerbang sampai tetangganya datang. Siapa lagi kalau bukan Reza.

Tin ... Tin!

"Ra, kamu dijemput, gak?" tanya Nabila seraya memberhentikan motornya di hadapan Ayra.

"Iya, Bila."

"Emm ... kalau gitu, aku duluan, ya?" pamit Nabila.

"Assalamu'alaikum."

Maafkan Aku Mencintaimu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang