21. Ulang Tahun Zahwa

31 1 0
                                    

Hari ini tepat ulang tahun Zahwa yang ke 19 tahun. Ia tidak ada niatan untuk merayakannya, tapi ia hanya berharap memori 2 tahun yang lalu terulang kembali.

Zahwa tersenyum. Ia merapatkan kedua telapak tangannya dan mengusapkan pada wajahnya.

"Alhamdulillah ... aku masih diberi nyawa sampai sekarang. Aku gak sadar udah 19 tahun aja."

"Andai Ayra ada di sini," gumam Zahwa dengan senyum yang seketika memudar.

Lagi-lagi Zahwa merindukan sahabat yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

Namun, kini ia t'lah kehilangan salah satu sosok berharga itu di hidupnya. Orang yang rela menemaninya selama 17 tahun dengan sabar.

"Ra, aku kangeen banget sama kamu ...."

Tanpa disadari air mata Zahwa menetes, membasahi pipinya yang semula kering.
Ia juga menahan dadanya yang sesak dengan kedua telapak tangannya yang mulai melemah.

"Aku ingin kamu kembali, Ra .... Hiks, hiks, di sini aku kesepian tanpa kamu."

Zahwa aneh, di hari bahagianya malah ia menangis sedih bukan tertawa.

Tetapi memang benar, 'suatu saat kamu akan menangisi kepergian seseorang yang dulu selalu ada bersamamu. Kamu juga akan merindukannya, di kala ia tidak lagi di sampingmu.'



Mama Zahwa terus bolak-balik mengambil bahan makanan yang terus saja lupa ia bawa dari kulkas.

"Aduh! Kecapnya ketinggalan." Ia menepuk jidatnya, lalu berjalan ke arah kulkas.

Setelah mengambil kecap, ia berdiri lagi di depan kompor.

"Issh ... telurnya kurang," desisnya. Ia berjalan lagi menuju kulkas dan mengambil 2 butir telur.

"Abis ini gak boleh lupa lagi," tekadnya pada diri sendiri.

Lalu Mama Zahwa melangkah kakinya dengan yakin ke meja kompor, tempat ia memasak bahan makanan.

Kemudian ia menggesekkan ujung sutil alumium dengan wajan penggorengan. Terjadilah bunyi peperangan diantara mereka berdua.

sang

seng

sang

seng

cyiaak

seng

song

sang

"Garamnya kurang," ucapnya, setelah mencicipi sedikit masakannya.

Lantas ia mengangkat salah satu tangannya, untuk meraih toples putih di rak yang berisi garam.

Setelah mendapatkan garam tersebut, ia menuangkan sekitar 2 sendok teh ke dalam tumisannya.

Dioseng-oseng lagi hingga tetesan keringat yang terakhir. Pantang selesai, kalau belum siap mulai.

"Zahwa ...!" panggil mamanya kepada Zahwa yang baru keluar dari kamar.

Zahwa merasa terpanggil, lalu ia pun langsung bergegas lari ke arah sumber suara, yaitu dapur.

"Kenapa, Ma?" Zahwa mengerenyitkan dahinya.

"Tolong cicipi masakan Mama," ujar mamanya dengan watados.

"Oke deh." Zahwa mengangguk. Lalu ia mengambil sendok dan mengambil sedikit tumisan mamanya.

Zahwa mendeteksi rasanya. "Emm ...."

1 detik.

2 detik.

3 detik

"Asin!" Zahwa terperanjat kaget dan spontan melepeh masakan tersebut.

"Heh! Beneran asin?!" Mama Zahwa shock.

"Suer, Ma. Pasti Mama mau kawin lagi ya?" celetuk Zahwa.

Mata Mamanya mendelik. "Sembarangan, Kamu! Mitos kok dipercayai?"



Reza ingat hari ini ulang tahun Zahwa. Berarti besok harus datang kerjainnya tugas dan beri ia kado spesial.

"Zahwa ultah sekarang. Aku ucapin ah."





























Maafkan Aku Mencintaimu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang