26. Wisuda

28 1 0
                                    

Hari ini adalah hari yang bahagia untuk Ayra. Sebab ia akan wisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Teknik.

Tapi sampai saat ini ia masih khawatir, karena umi dan abinya tak kunjung datang.

"Umi sama Abi jadi datang gak ya? Udah mau dimulai acaranya," cemas Ayra.

"Ra, buruan masuk. 1 menit lagi mau mulai," desak Raden, temannya.

"Iya, Den, sabar .... Orang tua gue belum datang," sahut Ayra pelan.

Raden memaksa dan menggeret Ayra agar masuk ke dalam ruang aula. "Ayo! Tunggu di dalam aja. Mungkin mereka datangnya telat."

Ayra tidak bisa menolak, karena itu semua percuma. Raden akan tetap kekeh dengan perbuatannya.

"Ck. Iya deh."



Pembawa acara mulai membuka acara Wisuda tahun 2026/2027 yang dihadiri oleh semua mahasiswa serta didampingi orang tuanya masing-masing.

"Baiklah, selanjutnya saya akan memanggil Mahasiswa dengan nilai IPK tertinggi, yaitu ...."

Para tamu undangan dan seluruh mahasiswa dibuat tidak sabar dan penasaran setengah mati.

"AYRA LARASATI," pekik pembaca acara tersebut.

Ayra membulatkan kedua matanya. Seketika tubuh Ayra menegang bak tersengat arus listrik. Lalu ia pun sujud syukur di atas lantai dengan berurai air mata.

"Alhamdulillah Ya Allah .... Aku sangat terharu," ujarnya.

"Kepada Ayra dipersilahkan naik ke atas panggung." Suara intruksi dari depan, membuat Ayra bangkit kembali dan segera melangkah di tengah ramainya para mahasiswa.

Rektor Prof. Ir. Hadi Sardjono menyerahkan sebuah 'kenangan manis' berupa piagam kepada Ayra Larasati.

Dengan senang hati Ayra menerimanya. Tak lupa mereka bergaya 'tuk didokumentasikan.

"Terima kasih, Pak," ucap Ayra seraya menjabat tangan Rektor tersebut.

Rektor Hadi membalas jabatan tangan Ayra. Lalu ia berkata, "Sama-sama. Setelah ini kamu bisa memilih mau lanjut ke mana. S2 atau bekerja?"

"Belum saya pikirkan, Pak. Nanti Insya Allah, saya akan memilih yang terbaik."

Rektor Hadi tersenyum dan mundur ke belakang. Kemudian Ayra dipersilahkan untuk memberikan sepatah-dua patah pada tamu undangan sekalian.

"Alhamdulillah ... Saya senang sekali bisa berada di sini. Sekali lagi terima kasih untuk para dosen, rektor, senior dan junior yang sudah banyak membantu aku," ucap Ayra bahagia.

Namun, Raut wajah Ayra yang tadinya bahagia, seketika berubah menjadi murung.
"Tapi sayang ... orang tua aku belum bisa hadir di acara ini."

Orang-orang menjadi diam tak bersuara. Mereka hanya fokus menatap Ayra. Entahlah, itu tatapan kagum atau kasihan.

Rektor Aisyah mendekati Ayra. Ia merangkul Ayra sembari tersenyum.

"Sudahlah, Ra. Tidak apa-apa. Yang terpenting kamu berhasil membahagiakan mereka dengan prestasimu."

"Iya, Bu. Terima kasih," balas Ayra.

Maafkan Aku Mencintaimu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang