18. Yakin?

41 2 0
                                    

Suasana yang sunyi turut mengusik  pikiran Ayra yang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana yang sunyi turut mengusik 
pikiran Ayra yang kosong. Memilih lanjut atau berhenti? Jika lanjut, ia akan sakit hati. Jika berhenti, ia kehilangan orang yang disayangi.

"Apa yang harus aku pilih? Keduanya sama-sama tidak kuinginkan," batinnya.

Lanjut atau berhenti?
Lanjut mempertahankan sakit hati?
Atau berhenti, tapi merelakan pergi.
Pilihan yang sulit, kan?

Tok ... tok ... tok ...!

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Ayra beranjak dari tepi ranjangnya dan membukakan pintu.

"Eh, Umi?!" Ayra terperanjat kaget.

Ternyata yang mengetuk pintu adalah uminya. Uminya membawakan sebuah piring yang berisi nasi beserta lauk dan sayur-sayuran.

"Nih, Sayang. Kamu dari tadi pagi belum makan," ujar uminya, seraya menyodorkan piring itu pada Ayra.

"Ayra gak laper, Mi." Ayra menolak.

"Sayang ... makan dulu. Nanti kamu sakit lhoo .... Ingat! Sehat itu mahal. Kamu gak akan mampu untuk membelinya, kecuali atas nikmat-Nya."

Ayra sedikit menyipitkan matanya, untuk melihat makanan yang ada di piring tersebut.

"Nasi, ayam kecap dan kentang balado, perfect."

"Iya dong, Ra. Kan umi sengaja masakin makanan kesukaan kamu," balas Uminya.

"Jadi, mau makan gak?"

Ayra mengangguk cepat. Jujur, is sangat lapar. Namun, ia gengsi dengan uminya.

Uminya menasehati Ayra. "Kalau laper tu, jangan ditahan."

"Gak nahan kok, Mi. Hanya memahami pilihan yang tepat."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Maafkan Aku Mencintaimu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang