Sepanjang perjalanan Reza dan Adnan terus meneriaki nama Ayra, tetapi hanya terdengar suara jangkrik yang bersahut-sahutan.
Saat di tengah perjalanan, Adnan menarik lengan Reza yang membuat Reza menghentikan langkahnya. "Za ... lo yakin banget Ayra ada di sini?"
"Gue yakin, Nan." Reza menatap lurus Adnan. "Emang kenapa sih? Lo takut?" tanyanya.
"Bukan takut ...." Adnan mengusap tengkuknya dan berkata, "Tapi dari tadi kita nyari gak ada tanda-tanda Ayra di sini kan, Za."
"Huft ...." Reza menghembuskan napasnya kasar. "Kita jangan nyerah dulu, Nan. Gue yakin kita bisa nemuin Ayra kok di sini," ujarnya menyakinkan Adnan.
Adnan tidak ada pilihan lain. Ia mencoba yakin saja dengan feeling Reza. "Yaudah, Za. Ayo kita lanjut cari Ayra lagi," ajaknya yang langsung diangguki oleh Reza.
•
•
•AYRA POV
Hari semakin lama semakin larut. Aku yakin ini sudah sekitar jam 9 malam dan aku masih terjebak di sini. Aku sungguh lelah dan sepertinya tidak sanggup melanjutkan perjalanan lagi.
"Melihat ada daun pisang yang tergeletak di tanah, aku langsung berhenti dan duduk di atasnya.
"Pegal banget, Ya Allah ...." Aku menselonjorkan kedua kakiku dan aku melepaskan tasku dari pundak. "Ini gak ada orang sama sekali kah? Takut ...."
Aku hampir terlelap saat aku mendengar suara samar yang memanggil namaku. Semakin lama suara itu semakin jelas dan suaranya seperti cowok.
AYRAA!
AYRAA!
AY KAMU DIMANA?
Apakah itu Mas Reza yang mencariku?
"AKU DI SINI!" Aku berteriak, berharap mereka mendengarku. "TOLONG AKU!"
Tak lama derap langkah kaki terdengar semakin mendekat ke arahku. Aku meremat ujung tasku, lalu aku berteriak lagi, "AKU DI SINI!"
Sinar cahaya lampu senter menyilaukan mataku. Aku segera menutupi mataku dengan telapak tangan. Namun, sebuah suara mengintrupsi, "Ayra, buka mata kamu."
Aku membuka mata dan objek yang pertama kali kulihat adalah paras tampan dari 2 orang yang kukenal, siapa lagi kalau bukan Mas Reza dan Mas Adnan. Raut wajah khawatir bercampur bahagia terpancar di wajah mereka berdua.
"Ay? Kamu gapapa, 'kan?" tanya Mas Adnan yang berjongkok di hadapanku.
Aku mengangguk lemah menjawab pertanyaan Mas Adnan. "Aku mau pulang, Mas ...," pintaku. "Aku takut di sini."
Lalu ia mengusap pucuk kepalaku dengan sayang. "Jangan takut lagi, Ay ... kan Mas Adnan di sini."
Mood Ayra saat ini sedang sangat baik. Ia baru saja menyelesaikan semua tugasnya yang menumpuk. Itulah akibat dari terlalu sibuk dalam non akademik.
"Alhamdulillah selesai juga."
Ayra pun mengecek lagi buku agendanya. "Oiya ... nanti sore aku ada jadwal ngajar."
"Aduh! Aku lapar banget. Makan dulu lah," ucapnya seraya memegangi perut.
Lalu ia bangkit dari meja belajarnya dan berjalan menuju dapur.
Saat sudah sampai di dapur, ia lantas membuka lemari piring dan pupil matanya melebar.
"Ayam goreng. I like it!"
Kemudian ia mengambil nasi dan menambahkan lauk di atasnya. Setelah itu ia berjalan ke arah ruang TV.
"Eumm ... enak nih, makan ayam sambil nonton," ungkapnya, sambil melahap nasi dan ayam dalam satu sendok.
•
•
•Reza memarkirkan motornya dengan hati-hati di samping sebuah mobil hitam. Matanya memincing, mengamati milik siapa mobil itu.
"Mobil siapa ya ini?"
Sebenarnya ia sangat penasaran. Tapi suara berisik yang mengganggu terdengar dari lantai atas.
"Nah, itu lagi berisik. Ada apa ya kira-kira?"
Kemudian ia menaiki tangga dan memasuki rumahnya dengan pintu sedikit terbuka.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Tak lupa ia mengucapkan salam serta mengetuk pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maafkan Aku Mencintaimu [TAHAP REVISI]
Romans"Jangan terlalu berambisi untuk mendapatkan cinta dan perhatian dariku, karena aku SANGAT MEMBENCIMU!" Suara tegas nan berat itu berhasil menohok hati seorang perempuan yang bernama Ayra. "Mengapa kau terus saja membenciku, Mas Reza? " tanya Ayra s...