Oppa?

545 74 19
                                    

"Tunggu!"

"Dia.. memanggilku? Jangan, jangan sekarang.. eomma. Aku masih ingin hidup seperti ini, meski aku sangat ingin bertemu denganmu, aku rindu padamu. Tapi, aku tidak ingin dipenjara"

CEO Eunha mengejar, Jennie berjalan cepat sembari menutup wajahnya yang telah menangis. Ucapan ibunya ketika memanggilnya dengan sebutan iblis dan pembunuh masih sangat teringat di kepalanya. Ia tidak ingin bertemu ibunya, CEO Eunha sangat marah dan benci pada dirinya.

"YA! AKU TAHU ITU KAU, AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU, PEMBUNUH!!"

Semua orang menatap terkejut ke arah Jennie, ketika CEO Eunha dengan tidak segan memanggilnya pembunuh di hadapan banyak orang. Ia tahu jika ibunya sengaja membuat dirinya di pandang buruk oleh orang-orang. Tetapi ia tidak marah, jika yang dikatakan ibunya memang benar.

"Aku akan memberi tahu semua orang disini! Agar semua orang tahu jika kau adalah seorang pembunuh! Dia membunuh ayahnya sendiri! Lihat! Dia tidak tahu malu bersekolah disini setelah membunuh orang-orang disekitarnya! Laporkan dia pada polisi! Beritahu semua orang jika dia adalah pembunuh! Berita psikopat yang beredar sekitar 1-2 tahun yang lalu, itu adalah dia! DIA SEORANG PSIKOPAT, KIM JENNIE!"

Jennie tidak bisa diam saja, ia berlari sekencang-kencangnya. Orang-orang mengejarnya dan melemparinya, ia tidak bisa melakukan ini sendiri, ia mengambil ponselnya dari dalam tas lalu menghubungi seseorang.

"Ya! Sialan! Bantu aku sekarang!"

"Aku sudah memarkir mobil di belakang sekolah, cepat keluar lalu masuk ke dalam mobilku!"

"Kau pikir mudah untuk keluar? Ada ssaem disana! Ini sangat darurat! Semua orang mengejarku!"

"Ck! Otakku ini isinya sama seperti Albert Einstein. Pergilah ke toilet, disana ada tangga, naik melalui sebuah atap yang sudah bolong, teruslah berjalan disana, itu akan terhubung sampai belakang sekolah, lalu melompatlah ke atas mobilku"

"Bagaimana bisa kau tahu sangat detail tentang sekolahku?"

"Ck! Itu adalah sekolah lamaku, lewat sanalah aku pergi membolos, maka dari itu aku menyuruhmu sekolah disana agar bertemu adikku"

"Lelaki ini memang tidak benar, baiklah aku kesana sekarang"

Jennie berlari ke arah toilet. Memandang ke segala arah mencari sebuah tangga.

"Sial! Dimana tangganya! Lelaki sialan! Bagaimana bisa dia tetap berpikir jika tangganya masih ada disini setelah beberapa tahun!? Dasar-"

"Jennie!"

Jennie berbalik ke belakang, menatap ketiga teman-temannya.

"Kami akan membantumu"

"Sudah kubilang jangan memanggilku Jennie! Aku tidak butuh bantuan kalian! Aku-"

"Apa kau ingin di kejar semua orang seperti ini? Berpikirlah baik-baik dan ikut kami!"

Jennie tidak ada pilihan, yang penting ia bisa selamat dari semua orang yang mengejarnya.

"Baiklah!"

Keempat gadis itu berlari ke atas rooftop. Sesampainya di atas sana, Lisa langsung mengambil sebuah tali dan mengikatnya di sebuah tiang.

"Jisoo unnie, turunlah terlebih dahulu! Karena kau yang kami butuhkan saat ini untuk berpikir cara keluar dari sini!"

"Baiklah"

Jisoo dengan tangan yang bergetar mulai turun kebawah. Meski ia takut terhadap ketinggian, tidak apa-apa, ini darurat!

Setelah Rosé turun setelah Jisoo, Lisa menatap Jennie yang terdiam.

"Kenapa kau diam saja!? Apa kau tidak lihat seberapa banyak orang yang naik ke rooftop ini untuk menangkapmu? Tidak ada waktu! Cepat turun!"

Jennie terperanjat. Ia menatap ke belakang, benar saja, semua orang mengejarnya.

Setelah Jennie turun, sedikit saja Lisa tidak bergerak cepat, mungkin ia sudah terjatuh karena orang-orang melepas talinya dan melempari mereka dari atas.

"Cepat! Kita lari ke ujung jalan sana! Aku menaruh mobil disana!"

Ketiga gadis itu menatap terkejut dan bingung ke arah Jennie.

"Chaeng, Lisa, dengarkan aku baik-baik. Kita tidak ada pilihan! Jika kita tidak ikut Jennie ke mobil, kita juga akan dikejar orang-orang!" Usul Jisoo.

Mereka dengan sekuat tenaga berlari kencang ke arah mobil itu. Mereka dalam bahaya, semua orang mengejar mereka!

"Ayo masuk!"

Setelah Jennie masuk ke mobil dan duduk di samping pengemudi, barulah ketiga gadis itu masuk ke belakang.

"Sial! Cepat jalankan mobilnya!"

"Kenapa kau kabur membawa banyak orang?"

"Terserahku, bodoh! Mereka akan dikejar juga jika tidak ikut!"

Rosé menatap ke arah lelaki itu. Dengan perasaan campur aduk, marah, bahagia, sedih, kecewa, dan rindu.

"C-chogiyo?"

Lelaki itu tidak berani berbalik menatap Rosé, ia tetap diam tidak menyahut.

"Song Minho, oppa?"


"Song Minho, oppa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

*

*

*

*

Kalian tau?

Satu komen dan vote kalian berharga banget buat author 🥺

So, klik vote dan komen

Maaf sempet gak ngelanjutin cerita ini 👉🏻👈🏻

Hm.. cerita NAMG dilanjutin abis cerita ini tamat boleh gak?

Gak kok, masih rencana :)

PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang