•••
"Sekarang, bantu aku mengerjakan soal ini dan ini," tunjuk Doori pada sebuah halaman di buku catatannya.
"Hoam ... sudah malam, besok saja. Lagi pula dikumpulkan hari Rabu, sekarang baru hari Senin, bukan?" Hari yang sudah mengantuk berat merebahkan dirinya di kasur kamar Doori.
"Apa? Hei, jangan tidur di kamarku!" Doori menggoyang-goyangkan tubuh Hari yang tergeletak di kasurnya.
Semenjak Apartemen Shinbi ditutup karena banyak kerusakan terjadi setelah Shinbi pergi, keluarga Hari sekarang pindah ke rumah keluarga Koo (rumah ayah Hari & Doori) yang sebenarnya memang tak begitu jauh dari apartemen itu.
"Diamlah, di sini hangat. Kau tidur di kamarku saja," ucap Hari sembari menarik selimut dan memiringkan badannya membelakangi Doori.
Doori berdecak. "Huh .. Kakak!!"
Sebuah bantal melayang ke wajah Hari.
"Apa,sih? Sudahlah." Hari kembali melempar bantal itu dan memilih membungkus tubuhnya dengan selimut.
"Ada apa??" teriak ibu yang mendengar kedua anaknya sedang beradu.
"Kak Hari ... dia tidur di kasurku!" jawab Doori kesal.
"Ya sudah kau tidur di kamarnya, hanya begitu saja dipermasalahkan," ucap ibunya yang membuat Doori semakin kesal.
Dia tidak mau tidur di kamar Hari, di sana tidak ada selimut hangat. Tapi tak apa, hanya malam ini.
Setelah Doori ke kamar miliknya, di sini Hari merasakan hawa aneh. Seperti ada sesuatu yang meniup. Hari beranjak, melihat sekitar.
Dia melihat jendela kamar yang terbuka. "Uh ... jendelanya."
Hari berjalan, ternyata tadi hanya angin dari jendela itu.
"Mengganggu sa—" Saat akan menutup jendela, Hari melihat bayangan hitam lewat dengan cepat di depannya.
"Apa! Apa itu tadi??" Dia menengok keluar, kosong, tidak ada apa-apa.
Lalu matanya tertuju pada seorang lelaki, dia mirip ... mirip, bukan mirip! Itu Kanglim! Hari terkejut, kenapa selarut ini Kanglim ada di rumahnya? Dan mendadak seperti ini?
Hari menggigit bibir bawahnya ingin berteriak memanggilnya, tetapi bayangan hitam yang ia lihat tadi seakan menutupi seluruh tubuh Kanglim.
"Tidak! Kanglim!!" Hari akhirnya berteriak, dia meloncat keluar dari jendela menghampiri bayangan yang berubah menjadi asap itu.
Sekarang tubuh Kanglim benar-benar tidak terlihat, Hari ketakutan.
Tiba-tiba asap hitam itu hilang bersama Kanglim.
Hari terbelalak, dia menutup mulutnya dan ingin sekali menangis. Dia mundur perlahan.
"Apa yang ... Kanglim ...."
.
.
.
."JANGAN! Makhluk ... tidak!!!" Hari membuka matanya, dia melihat sekeliling, kamar Doori.
Gadis itu lalu melihat jam dinding, pukul 5 pagi.
"Jadi, tadi itu hanya mimpi? Syukurlah ...." Hari bernapas lega lalu beranjak dari tempat tidur.
Tunggu, Hari melihat jendelanya ... terbuka.
"Eh ... oh, pasti tadi aku bermimpi seperti itu karena jendela ini memang terbuka." Hari berkacak pinggang, menggelengkam kepala dan keluar dari kamar Doori menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Love [✓]
FantasyBerawal dari menyebut Kanglim sebagai anak sombong, kini Hari malah berusaha mendapat cinta darinya. Tanpa ia sadari, Kanglim ternyata memiliki perasaan yang sama. Kemudian datang makhluk yang terus mengusik kehidupan mereka, belum lagi dengan kesal...