•••
Hari menunggu di kursi kamar tamu Hyunwoo, sudah lebih dari 2 jam Kanglim belum bangun juga. Apa lagi sekarang sudah sore, tapi Hari tetap duduk di situ.
Gaeun sudah pulang setengah jam lalu, sedangkan Hyunwoo belajar di kamarnya.
Untung saja orangtua Hyunwoo akan pulang 5 hari lagi, jadi Hari bebas di sini. Namun, Jimi, pasti dia akan marah jika Hari terus menerus di rumah Hyunwoo. Hari sangat bingung.
"Benar! Besok hari Kamis, ibu akan bekerja sampai pagi ... jadi, aku bisa menginap di sini dan kembali sebelum ibu pulang!" Hari berjingkrak.
Hari ingin mengecek suhu Kanglim, tapi dia takut kena sengatan listrik lagi.
"Um ... apa harus kutanyakan pada ibu Kanglim? Tapi aku bahkan tidak tahu dia tinggal di mana sekarang." Hari tertunduk lesu, lantas menatap Kanglim lagi.
"Cepatlah sadar, kumohon. Ada apa denganmu ...." Matanya berkaca-kaca.
Pintu kamar diketuk, setelahnya masuk seseorang tak lain Hyunwoo yang terlihat mengantuk. "Hari, kau tak mau pulang?" tanyanya.
Hari menggeleng pelan.
"Sepertinya kau kelelahan, pulang saja. Ada aku, kan, di sini."
Lagi-lagi Hari menggeleng.
"Baiklah, minum ini saja." Hyunwoo memberikan teh dan menguap.
"Aku tak mau minum teh lagi, bosan." Hari manyun.
Hyunwoo memutar bola mata malas. "Hanya ada teh di sini, sudah ayo minum saja. Lagi pula ini matcha, bukan teh biasa yang kau minum kemarin."
Hari langsung mengambil gelasnya dan meminum habis matcha itu. Dia tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
Setelah itu, Hyunwoo pergi dan Hari menempelkan pipinya di kasur. Lama-lama, dia mengantuk.
"Jangan tidur ... jangan tidur!" Hari terus mencoba membuka matanya yang menutup sendiri.
Tapi dia tak bisa menahan rasa kantuknya lagi, akhirnya gadis itu benar-benar tertidur.
"Hari, bangun!" Seseorang menepuk-nepuk bahu Hari. "Ck, dasar anak ini." Orang itu berkacak pinggang lalu menjewer Hari.
"Aw! Sakit!" Hari reflek bangun dan memegang telinganya.
"Bagus! Cepat pulang!"
Hari membuka matanya perlahan, terlihat sosok yang mirip seperti ibunya, oh bukan mirip! Itu memang benar-benar ibunya! Hari terkejut dan melihat ke arah Kanglim, oh, selimut sudah menutupi seluruh tubuhnya. Eh, siapa yang menyelimutinya sampai dia tak terlihat seperti bunglon?
Beberapa detik kemudian Hari tersenyum dan berdiri. "Oke, ayo pulang sekarang."
Hari dan Jimi akhirnya pulang, sebelum pulang tentu mereka izin kepada Hyunwoo terlebih dahulu.
"Baiklah kau, kan, yang menyelimuti Kanglim?" Hari berbisik, Hyunwoo mengangguk.
"Benar, aku takut ibumu marah jika melihatnya bersamamu di kamar berdua saja." Bisiknya balik kemudian. Kali ini Hari yang mengangguk.
"Hei, apa yang kalian berdua bicarakan??" Jimi sedikit berteriak.
"Oh ... err ... dah, Hyunwoo kami pulang! Ayo, Bu." Hari menggandeng tangan Jimi dan pergi.
Hari berjalan beriringan bersama Jimi di trotoar. Saat Hari tak sengaja melihat ... melihat anak berambut pirang sedang berjalan juga di depannya.
Leon?
Hari menutup mata menggelengkan kepala, lalu melihat ke arah depan lagi.
"Benar, hanya khayalanku," Gumamnya.
"Kau bilang apa Hari?" Tanya Jimi.
Hari mendongak. "Eh ... tidak, tidak apa-apa."
---
Hari sedang duduk di jendela kamarnya yang memang lebih besar dari jendela lain.
Tak lama kemudian datang bayangan yang semakin mendekat ke arahnya, Hari ketakutan dan menutup tirai lalu beranjak menutup jendela yang satu.
"Jangan, jangan bayangan hitam itu!" Tubuhnya gemetar sekarang.
Saat ia akan menutup jendela, ada tangan yang menahan lengannya.
Hari berteriak. "KYAA!"
Kemudian tangan itu beralih menutup mulutnya dan seseorang keluar dari kegelapan.
"Sshh ... diam, ini aku," ujar orang itu sambil melepaskan tangannya.
Hari melotot. "Kanglim? Eh ... kau ...."
Anak itu menggeleng. "Aku kembali." Dia mendekat agar cahaya kamar Hari bisa menerangi wajahnya.
Hari terkejut sampai terbentur sisi jendela. "Aduh!"
Dipegang kepalanya yang terbentur itu. "Leon??"
Benar ... itu Leon!
"Kau, mengapa kau kembali kemari?" Hari bertanya.
"Untuk melindungimu."
Hari mangut-mangut paham, pasti Leon ke sini karena merasakan ada makhluk bayangan hitam itu.
"Baiklah, sekarang pergilah dari sini! Jika ibuku melihatnya maka—"
Dengan cepat Leon berlari dari situ. "Oke, sampai jumpa, Hari!" Dia berlari cepat, Hari lantas tertawa.
Leon takut pada Jimi, karena galak tentu.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Love [✓]
FantasyBerawal dari menyebut Kanglim sebagai anak sombong, kini Hari malah berusaha mendapat cinta darinya. Tanpa ia sadari, Kanglim ternyata memiliki perasaan yang sama. Kemudian datang makhluk yang terus mengusik kehidupan mereka, belum lagi dengan kesal...