JISOO

928 63 11
                                    

Di sekolah, Hari terus murung. Gaeun dan Hyunwoo sudah berusaha menghibur dirinya, tetapi selalu tak berhasil.

Saat Hari makan sampai pelajaran olahraga yang Hari sangat sukai terlebih lagi ketika bermain sepak bola pun raut wajahnya tak berubah. Dia tak ceria seperti biasanya.


Hari melempar bola basket yang ia pegang ke arah pagar pembatas lapangan dengan bangunan utama. Kemudian memantulkannya ke atas dan ke bawah.

Gaeun yang menunggu Hari di kursi tepi lapangan menghampirinya.

"Hari, jangan begitu."

Dia mengikuti arah jalan Hari yang masih memainkan bola basket.

"Begitu kenapa?" ujar Hari malas.

"Kau ... sedih karena Kanglim tidak menghiraukanmu tadi?"

Hari berhenti, mematung sejenak dan membiarkan bola basket itu jatuh menggelinding.

"Aih ... Gaeun, ayo menyusul Hyunwoo ke kantin, aku juga masih lapar!"

Hari memaksakan tersenyum dan langsung berjalan menuju kantin.

Gaeun memandangi Hari.

"Haruskah aku melakukan sesuatu? Tapi jika aku mempertemukan mereka, maksudku ... aku takut akan gagal lagi."

---

"Selamat tinggal!" Hari melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya yang juga tersenyum kepadanya.

"Huft ...." Hari kembali murung, berjalan perlahan menuju rumahnya yang masih cukup jauh.

Saat melewati pertigaan gang, dia melihat sesuatu dari ekor matanya di jalan lain. Dia tertarik untuk mengetahuinya lalu mundur.

Dilihatnya seorang gadis berambut pirang dengan kepang dua sedang berbincang dengan ....

Tunggu, sepertinya Hari tahu siapa lawan bicara gadis itu. Anak laki-laki yang memakai jaket hitam, itu──Kanglim!

Tangan Hari bergetar, dikerjapkan matanya berkali-kali. Bukankah Kanglim tipe orang yang tidak suka berbicara lama dengan gadis terkecuali dirinya? Tapi melihat kedekatannya dengan gadis itu, Hari jadi berpikir macam-macam.

"Kang—"

Ingin sekali Hari berteriak kencang memanggil nama Kanglim, tetapi tidak. Dia mencengkram kuat tembok rumah yang ada di situ, wajahnya sangat geram.

Karena tak tahan lagi melihat semua itu, Hari segera berlari pulang dengan mata berkaca-kaca.

Sampai di rumah, Jimi mengingatkan Hari untuk makan tetapi Hari tak mengindahkan ucapan ibunya itu dan langsung pergi ke kamar.

Dia mengunci pintu, meletakkan sembarang tasnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut tanpa mengganti pakaian.

Hari mulai menangis.

"Huhu ... apa yang dia lakukan?! Siapa gadis itu?? Apakah ...." Dia mengusap air matanya kemudian menutup mata.

"Ta-tadi pagi dia tak merespon diriku, sekarang gadis itu ... mengapa?! Aku pikir kemarin di-dia akan mengatakan ... dan sikapnya kemarin ... uhhhh tidak tidak tidak!!!"

Hari membuka selimutnya dan menghentak-hentakan kaki.

"Aku pikir hubungan kita sudah membaik, tetapi ya ... memang membaik! Tapi hanya sebagai teman, teman!! Namun, sikapnya kemarin seperti dia menganggapku lebih dari itu, apalagi pe-pelukan itu ... hiks, aku tak tahu, aku tak peduli aku, aku ...."

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang