"Sebentar, sepertinya kita melewati jalan yang salah," ucap Sooyeon setelah dia dan Leon sampai di tengah hutan.
"Salah?" Leon mengerutkan dahinya.
"Ya, dulu jalan yang kulewati tidak seperti ini." Sooyeon mencoba mengingat-ngingat.
"Tapi dari arah kita masuk hutan, seharusnya benar," lanjutnya.
Leon tersenyum. "Bibi, bukankah itu sudah lama sekali? Pasti hutan ini sudah berubah entah karena faktor alam atau karena apa. Masa iya jalan tetap seperti itu sampai sekarang?"
Sooyeon menghela. "Benar, tapi ini sangat berbeda. Ah, sudahlah, ingatanku berkata ayo belok ke arah sana." Dia menunjuk jalan.
Hampir satu jam mereka berjalan, tetapi mereka sama sekali belum menemukan gubuk itu.
"Lihat, kita memang salah jalan." Sooyeon mengedarkan pandangan, ketika dirinya melihat sesuatu.
"Mungkin di sana!" Sooyeon berlari ke arah yang dia tunjuk, Leon membuntutinya.
Benar, ada gubuk kecil di sana. Gubuk itu tidak memiliki pengaman khusus, jadi Sooyeon dan Leon bisa masuk ke dalamnya.
Namun, setelah mereka masuk, mereka bermimik "Hah, bagaimana bisa?" sebab di dalam gubuk itu seperti surga tersembunyi. Banyak bunga-bunga cantik bermekaran, burung-burung kecil berterbangan, pohon buah yang segar, sebuah kolam air hangat dengan teratai di atasnya serta rumput hijau yang lembut. Bagaimana bisa semua keindahan alam ini ada di sebuah gubuk yang bahkan lebar dan tingginya tidak sampai 5 meter?!
"Ini pasti ilusi," tebak Sooyeon, dia mengambil kartunya kemudian mengucap mantra. Setelah itu, dia menerbangkan kartu tersebut ke atas.
Dalam sekejap, 'surga' itu berubah seperti alam bawah. Burung-burung kecil tadi menjadi burung gagak dengan darah yang menyelimuti tubuh, bunga yang bermekaran menjadi ranting-ranting yang terbakar, pepohonan hanya tersisa batang gosongnya saja, rumput yang menjadi pijak mereka berubah menjadi tanah yang kotor dipenuhi hewan melata, dan kolam hangat itu bukan air hangat lagi tetapi lava yang panas!
Leon merinding. "Apakah harus dibuang saja ilusi itu, Bi? Apa tidak lebih bagus jika ilusinya tidak hilang agar kita lebih mudah mencari kristal itu?"
Sooyeon menggeleng tegas. "Bagaimana jika kau menyentuh air yang ternyata adalah lava panas? Dan menginjak ranting jatuh yang ternyata ular berbisa? Dunia ilusi itu tidak se-wow seperti ilusinya sendiri daripada kenyataannya," jelasnya.
Leon mangut-mangut memahami.
Kemudian keduanya melanjutkan berjalan menyusuri 'neraka' itu, mencari kristal yang entah ada di bagian mana.
"Kristal itu bersinar bukan?" Sooyeon bertanya pertanyaan anak TK.
"Tentu saja," jawab Leon.
"Kalau begitu, kita cari tempat yang paling gelap."
Leon sontak mengerutkan dahi. "Gelap?"
Sooyeon mengangguk.
"Tempat ini pasti didesain sedetail dan seteliti mungkin. Jika ilusinya saja berbanding terbalik dengan kenyataannya maka hal di dalamnya pun sama. Ingat, ilusinya adalah surga tapi kenyataanya tempat ini adalah neraka. Seperti kristal yang bersinar, pasti di tempat ini takkan bersinar. Lawan dari cahaya yang terang adalah gelap. Tempat gelap itulah yang menjadi tempat di mana kristal saengma disembunyikan." Sooyeon menjelaskan segalanya disahuti anggukan dari Leon.
"Ya, jadi mari mencari tempat tergelap yang ada di sini!"
Setelahnya mereka berjalan ke suatu arah dengan hati-hati agar tidak menginjak hewan melata yang jumlahnya hampir setengah dari tanahnya sendiri. Leon hampir menginjak salah satunya, tapi untung saja dia cepat sadar dan menghindar.
Sampai di sebuah tempat di mana tak ada cahaya sama sekali, Sooyeon dan Leon memasukinya.
Sooyeon menggunakan kekuatan kartunya untuk membuat obor agar mereka bisa melihat dengan jelas arah jalan.
"Oh, Nak, kau di sini saja berjaga-jaga. Tidak mungkin kristal hanya dibiarkan di sini sendiri tanpa ada sesuatu yang menjaganya."
Leon memberhentikan langkahnya dan Sooyeon terus berjalan.
Leon paham, pasti ada makhluk penjaga kristal itu di sini. Leon keluar dari sana dan berjaga.
Benar saja, ada banyak tikus yang datang menuju Leon kemudian mereka bertumpuk dan berubah menjadi ... makhluk! Makhluk itu menyerang Leon tapi dengan sigap Leon menghindarinya dan dengan kekuatan kartu savirnya melawan makhluk itu.
"Ayo tikus, tikus takut dengan sesuatu yang tajam bukan? Makan ini!" Leon melempar sebuah duri dan makhluk itu ketakutan.
"Eh, masih kurang? Oh, benar, kau juga takut dengan ular, kan? Maka akan kutunjukkan ular yang sebenarnya."
Leon mengeluarkan kekuatan ularnya, maksudnya ... air yang berbentuk menyerupai ular naga. Yah, begitulah, diriku tidak tahu apa namanya tapi Leon memiliki kekuatan itu.
Dan benar saja, makhluk tersebut langsung menghilang. Sekarang Leon bisa dengan tenang menunggu Sooyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Love [✓]
FantasyBerawal dari menyebut Kanglim sebagai anak sombong, kini Hari malah berusaha mendapat cinta darinya. Tanpa ia sadari, Kanglim ternyata memiliki perasaan yang sama. Kemudian datang makhluk yang terus mengusik kehidupan mereka, belum lagi dengan kesal...