Sudah seminggu lebih, Hari belum bertemu dengan Kanglim lagi. Setiap ada yang datang ke rumah atau menghampirinya di jalan, pasti jika bukan Gaeun atau Hyunwoo, ya Leon.
Benar, Hari semakin dekat dengan Leon. Semakin dekat bukan berarti semakin tumbuh sebuah perasaan padanya. Hari hanya menganggap Leon sebagai sahabat, tak lebih dari itu. Dipaksa pun, Hari tetap tak bisa memiliki perasaan lain untuknya. Hatinya tetap untuk Kanglim.
Sabtu ini, Hari beserta kedua sahabatnya yang tak lain Gaeun dan Hyunwoo pergi ke bukit pinggir hutan untuk berkemah. Menyegarkan pikirannya. Sekalian Hari berjaga-jaga ketika makhluk asap itu datang.
"Hari, coba cari kayu bakar." Hyunwoo yang tengah mendirikan tenda berbicara.
"Kenapa aku? Kau saja, siapa yang lelaki?" Hari memicingkan mata dan berkacak pinggang.
"Huh, padahal kau, kan juga lelaki." Hyunwoo beranjak dan tertawa.
"APA KAU BILANG?!" Hari mengepelkan tangannya.
"Eh ... tidak! Aku hanya bercanda." Hyunwoo meringis gemetar.
Hari memutar bola mata malas.
"Cih, ya sudah, aku saja yang cari. Aku ingin tahu isi hutan itu." Dia memandang ke arah hutan.
"Tentu isinya pohon, semak belukar, dan hewan-hewan liar. Bagaimana kau ini," ujar Hyunwoo.
"Hyunwoo bodoh, maksud Hari adalah dia ingin tahu apa ada makhluk yang tinggal di situ, apa lagi makhluk asap juga belum dikalahkan," timbal Gaeun yang disertai dengan jentikkan jari Hari.
"Nah, Gaeun saja paham, wuu ...!"
Kemudian Hari membawa tali, untuk mengikat kayu bakar nanti. Dengan berjalan santai, Hari memasuki hutan itu tanpa rasa takut sama sekali.
Lima menit berlalu, dia sudah menemukan banyak ranting dan dahan yang kering. Hari mengikatnya, tapi dia masih di hutan itu. Dia ingin pergi ke tengah hutan, tetapi rasa takut mulai muncul. Apalagi sudah hampir sore, Hari takut saat pulang sudah gelap.
Lalu, Hari memutuskan untuk pergi dari sana dan kembali. Namun, tiba-tiba datang asap yang mengelilingi tubuhnya.
"Ma-makhluk itu!" Hari menutup mata ketakutan.
Saat asap tersebut mulai mengikat tubuh Hari, datang seseorang yang menyerangnya. Asap itu pun berubah menjadi bentuk asalnya.
"Jangan dekati Hari lagi, kau sudah berjanji padaku!"
Orang yang menyelamatkan Hari, Kanglim merebut pedang yang ada di tangan makhluk itu dengan cepat.
Kemudian dia menarik tangan Hari.
"Tetap di sini." Kanglim membawa Hari ke balik pohon, Hari yang masih menutup matanya dengan kedua tangan mengangguk.
Kanglim ingin menyerang makhluk itu, tetapi ....
"Kau yakin akan menyerang tubuh ayahmu ini?" Makhluk itu tertawa.
Kanglim tersentak. "Ayahku?"
"Oh, rupanya kau belum tahu." Makhluk tersebut memutari Kanglim.
"Benar, kau masih kecil saat itu." Makhluk asap itu menyerang Kanglim yang sedang lengah.
"Ugh!" Kanglim terjatuh.
"Kau!" Dia bangkit dan mendekati si makhluk.
"Lepaskan tubuh ayahku!"
Kanglim dengan cepat menyerang tubuh makhluk tersebut dengan kartu yang ia bawa, seketika tubuh ayahnya dan makhluk itu terpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Love [✓]
FantasyBerawal dari menyebut Kanglim sebagai anak sombong, kini Hari malah berusaha mendapat cinta darinya. Tanpa ia sadari, Kanglim ternyata memiliki perasaan yang sama. Kemudian datang makhluk yang terus mengusik kehidupan mereka, belum lagi dengan kesal...