KANGLIM!

1K 71 22
                                    

"Hohoho, lihatlah siapa yang pengecut." Hyunwoo yang melihat Gaeun berlari dengan wajah ketakutan mengejek.

Gaeun sampai tepat di hadapan Hyunwoo.

"Hyunwoo, Ha-Hari ... Hari...!" Gaeun mencoba bernapas dengan stabil.

"Kenapa? Hari pingsan karena melihat hantu?" Hyunwoo terkekeh.

Gaeun menggeleng cepat. "Hyunwoo, bukan waktunya bercanda!" Gaeun menarik kerah Hyunwoo.

Hyunwoo yang melihat itu lantas merubah raut wajahnya menjadi serius. "Ada apa dengan Hari?"

Gaeun mengusap dahinya yang berkeringat. "Se-sepertinya makhluk itu menjebak Hari."

Hyunwoo membelalak. "Apa?! Sekarang bagaimana?" Dia menatap arah hutan.

"Aku tak tahu, apa kita minta bantuan ibu Kanglim saja?"

"Tapi, kita bahkan tak tahu di mana rumahnya."

"Oh, benar." Gaeun tertunduk.

"Hei, Gaeun, kau ingat adik perempuan Leon?" Hyunwoo menarik dagu Gaeun, sehingga wajah mereka bertemu.

Gaeun mengerjapkan mata beberapa kali, jantungnya berdegup. "I-iya, Sara maksudmu?"

Gadis itu mundur selangkah dari Hyunwoo. "Tunggu, 'adik'...?"

Hyunwoo mengangguk mantap. "Dia juga memiliki kekuatan, bukan? Kita coba minta bantuan dia saja," sarannya.

"Tapi ... apa kita harus ke pos aegis? Itu sangat jauh." Gaeun berdiri tegak.

"Oh iya, lalu bagaimana?"

Hyunwoo dan Gaeun saling bertatap pasrah, tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa untuk menyelamatkan Hari.

---

"Kanglim, kita di mana?" Hari yang masih tersenyum dengan pandangan aneh menatap seluruh tempat yang ia dan Kanglim datangi.

"Tempat tinggalku." Kanglim menaikan satu ujung bibirnya.

Tempat ini seperti, neraka. Atau memang neraka? Persis seperti yang ada di bab 'Gelap' (baca dulu biar tau tempatnya kek mana). Benar, alam bawah. Mereka berada di neraka sekarang.

Namun, Hari melihat ilusinya. Dalam penglihatan Hari, tempat ini adalah surga. (Sekali lagi, baca GELAP biar enggak bingung maksudnya gimana oke)

"Kau tinggal di sini?" tanya Hari yang perlahan mulai sadar.

"Ya, cantik bukan?"

Hari mengangguk dan tersenyum lebar, tetapi seketika raut wajah Hari berubah. Dia ketakutan setelah ilusi surga itu lenyap.

"Ka-kanglim." Hari meraba tubuh Kanglim di sampingnya, dia benar-benar ketakutan.

Kanglim justru tertawa, dia menghilang kemudian muncul kembali di hadapan Hari dengan begitu banyak asap di sekitarnya, matanya berwarna merah membuat siapa pun yang menatapnya akan merinding. Tak terkecuali Hari, gadis itu kebingungan. Ia tak bisa mencerna apa yang sedang terjadi di hadapannya sekarang.

"Ke-kenapa dirimu seperti itu, Kanglim?" Hari mundur ke belakang sembari waspada.

"Hahaha, sepertinya kau lupa. Manusia ini telah menyerahkan tubuhnya kepadaku." Kanglim, ralat, makhluk itu mendekati Hari.

Hari mengingat kejadian kemarin, air matanya menetes.

"Aku mohon lepaskan tubuhnya, ambil tubuhku saja. Lihat, aku sudah di sini sekarang." Hari menangis, menunduk dan mengatupkan kedua tangan di atas kepalanya kepada makhluk itu.

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang