"AKU MENYUKAIMU."

1.3K 82 30
                                    

•••

Jam istirahat, Hari berjalan menuju kantin bersama Hyunwoo. Gaeun? Dia ada pekerjaan di perpustakaan, guru-guru di sini memang sering mengandalkannya.

Hari mengedarkan padangan ke sekitar lalu tak sengaja melihat anak laki-laki yang sepertinya dia kenali sedang berdiri di depan pintu gedung.

"Oh, Hyunwoo ... kau duluan saja, aku mau ke belakang sebentar," ucap Hari menepuk pundak Hyunwoo lalu pergi.

"Huh? Baiklah."

"Hai, kau!" sapa Hari pada anak itu. "Kau ... di sini? Sedang apa?" Hari bertanya.

Anak laki-laki itu menatap Hari, tersenyum lantas menjawab, "Untuk bertemu denganmu."

"Hei! Lelucon macam apa itu?" Hari melipat kedua tangan di dada.

Anak itu tertawa canggung. "Yahaha, hanya menemani kakakku yang ada urusan dengan kepala sekolah di sini."

Hari mangut-mangut. "Dan, apa kau tidak sekolah?"

"Aku mendapat izin guru, dengan alasan pertemuan keluarga."

"Owh, bagus kalau begitu. Um, mau makan denganku sekalian, Jumin?" Hari mengajak anak yang bernama Jumin tersebut.

Park Jumin, pernah sekelas dengan Hari dan yang lainnya. Dulu dia sering di-bully karena sifat pendiamnya (hampir sama cerita dengan Gaeun) tapi setelah Hari datang dan melawan anak-anak yang sering membully-nya, dia menjadi ceria.

Jumin mengangguk kecil.

---

"Bagaimana kabar kakakmu itu?" Hari bertanya dengan mulut penuh.

Jumin terkekeh lalu menjawab, "Baik"

"Syukurlah, hacyu!" Hari bersin sampai makanan yang sedang dia kunyah keluar, untung jatuh ke piringnya sendiri.

"Ah ... sialan sekali, di mana tisu?" Hari mencari-cari tisu dengan pandangannya ke seluruh meja di gedung kantin 2 tersebut.

Jumin mengarahkan tangannya untuk mengelap wajah Hari yang terkena bekas makanan, tapi dengan cepat Hari yang sadar langsung menepisnya.

"Tidak usah, aku bisa memakai kain ini terima kasih." Hari menunjukkan kain yang selalu ia bawa di saku seragamnya, sungguh baru terpikirkan olehnya.

Dia mengelap bibirnya sendiri, lalu meminum segelas air putih.

"Kau sudah selesai bukan? Ayo kembali, bel masuk hampir berbunyi."

Hari berdiri dan mulai berjalan, tapi Jumin menahan tangannya. "Tunggu, Hari."

Hari menolehm "Ada apa? Dan bisa kau lepaskan tanganmu?"

Jumin melepas pegangannya, lalu berdiri di hadapan Hari.

Dia lalu mengeluarkan sebungkus cokelat dan memberikannya kepada Hari. "Cokelat, untukmu."

Hari mengerutkan dahi. "Maaf, tapi aku tak suka cokelat." Hari menyeringai dan menggaruk tengkuknya.

Jumin melihat cokelat yang ia pegang. "Bukankah dulu kau menyukainya?" Dia kembali mendongak, menatap Hari.

Hari menggeleng. "Baiklah, hanya itu, kan? Ayo pergi."

"Tunggu, ada lagi yang ingin kubicarakan."

"Apa lagi?"

"Aku ... sebenarnya, aku menyukaimu."

Ucapan Jumin membuat Hari mematung.

"Dari dulu ... semenjak kita dekat, aku ada rasa padamu. Aku hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya."

Hari menelan salivanya. "Hahaha ... candaanmu itu, sud—"

"Aku tidak bercanda, tidak ada yang bercanda di sini."

Hari mendadak canggung. "M-maaf Jumin, tapi bukankah kau menganggapku sebagai sahabatmu saja? Dan begitu sebaliknya, aku hanya menganggapmu sahabat."

Hari menarik napas. "Dan lagi pula ... sudah ada seseorang di hatiku," lanjutnya.

Jumin membuang napas malas dan melirik ke arah lain. "Apakah laki-laki itu?"

Hari merapatkan bibir. "Sudah, ya, bel sudah berbunyi. Sampai jumpa!" Hari meninggalkan Jumin sendiri menuju gedung sekolah.

"Hari, ke mana saja kau?" Hyunwoo langsung menghalangi Hari yang ingin masuk ke kelas.

"Bertemu teman," jawabnya malas.

"Jadi, kau berbohong padaku tadi?" Hyunwoo mengangkat satu alisnya.

"Iya. Eh, err ... ah sudahlah! Biarkan aku masuk!!" Hari mulai kesal.

"Uh ... baiklah, baiklah." Hyunwoo yang takut akhirnya mengalah.

"Pulang sekolah aku ke rumahmu, melihat keadaan Kanglim," ucap Hari setelah masuk ke dalam kelas.

•••

Ada yang ngira tadi anak laki-laki itu Leon?

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang