Berawal dari menyebut Kanglim sebagai anak sombong, kini Hari malah berusaha mendapat cinta darinya. Tanpa ia sadari, Kanglim ternyata memiliki perasaan yang sama. Kemudian datang makhluk yang terus mengusik kehidupan mereka, belum lagi dengan kesal...
Sinar matahari pagi menyinari dua tenda yang berdiri tegak di tepi sebuah bukit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ilustrasi lah
Dari dalam salah satu tenda, seorang gadis yang terbangun karena kicauan burung terlihat tengah meregangkan badan. Gaeun, bangun lebih awal dari kedua sahabatnya.
Dia menatap sekilas Hari yang masih tertidur lelap di sampingnya. Gaeun tersenyum, gaya tidur Hari sangat unik.
Kemudian gadis berponi itu keluar dari tendanya, dan masuk ke tenda sebelah milik Hyunwoo.
"Hyunwoo, di mana makanan ringan sisa kemarin?" tanyanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh laki-laki itu.
Hyunwoo yang terganggu membuka mata, setengah sadar dirinya langsung terbangun dan mengambil sepatu──hendak memukul Gaeun.
"Kau! Siapa kau berani masuk ke tenda seorang pria, huh?!" Hyunwoo berteriak.
"Apa?" Gaeun mundur. "Hyunwoo ini aku, Gaeun."
Gaeun melihat kacamata Hyunwoo di sampingnya kemudian memberikan kacamata tersebut yang ternyata ia lepas saat tidur.
"Gaeun?" Hyunwoo memakai kacamatanya. "Oh benar, aish kau ini ...." Setelah benar-benar sadar, Hyunwoo duduk di depan Gaeun.
"Kau ... apa yang kau lakukan?" Hyunwoo mengucek matanya.
"Chiki sisa kemarin, ada di mana? Aku sangat lapar sekarang." Gaeun memanyunkan bibir.
"Ya ampun ... ada di ranselku, ambil sendiri, aku akan-" Hyunwoo merangkak ingin keluar dari tenda, tapi tak jadi. Dia terkejut melihat wajah seorang Hari di luar pintu tendanya.
"Hari, kau-"
"ASTAGA! Apa yang kalian berdua lakukan dalam satu tenda!!??"
Hari berteriak kencang sekali melihat Gaeun dan Hyunwoo ada di tenda berdua, Gaeun yang sedang mencoba membuka resleting ransel Hyunwoo langsung menoleh ke arah Hari. Sedangkan Hyunwoo menutup telinganya.
"Hari kau sudah bangun?" Gaeun membawa ransel Hyunwoo merangkak keluar dan menarik tangan Hari, duduk di batang kayu besar yang juga mereka duduki kemarin.
"Apa yang kau lakukan bersama Hyunwoo tadi? Apa kalian berdua dari semalam? Oh tidak, bagaimana jik-" Gaeun membungkam mulut Hari dengan ransel Hyunwoo agar dia diam.
"Cerewet, memang apa yang kami lakukan? Kau pikir anu? Mana ada, aku baru saja datang ke sana untuk mengambil ini." Gaeun menyengir lebar sambil mengangkat ransel Hyunwoo.
Hari mengelap mulutnya. "Makanan ringan kemarin?"
Gaeun mengangguk dan mengambil beberapa chiki dari ransel tersebut.
"Yuhuu~! Aku menginginkan ini dari kemarin tapi tak bisa." Hari merebut dua chiki dari tangan Gaeun dan langsung membuka kemudian memakannya.
"Nah itu, aku akan minum dulu, deh." Gaeun memutar tutup botol air mineral dan meneguknya.
"Jangan dihabiskan, ya, sisakan untukku. Untung sore ini kita akan pulang," kata Hyunwoo yang sedang membasuh wajahnya dengan air, kemudian mengelapnya dengan sebuah kain dan kembali memakai kacamatanya.
"Tenang saja," sahut Hari dengan mulut penuh.
"Hati-hati saat makan, jangan bicara atau nanti kau akan- uhuk ... ter- uhuk! Sedak! Uhuk uhukk!" Gaeun yang sedang mengunyah dan berniat memperingatkan Hari malah tersedak sendiri.
Hyunwoo yang menghampiri mereka merapatkan bibir untuk menahan tawa. Sedangkan Hari memilih melanjutkan makan dan mengalihkan pandangan dengan pipi menggembung yang juga menahan tawa.
"Aish ...." Gaeun menghela napas dan kembali meminum air.
Ditengah menahan tawanya, Hari tak sengaja melihat bayangan lewat di balik pohon hutan. Hari menggelengkan kepalanya.
"Gaeun, Hyunwoo, sepertinya ada sesuatu di sana." Hari menunjuk arah pohon tersebut.
"Kau mau melihatnya?" Gaeun bertanya.
"Iya."
"Baiklah. Hyunwoo, aku tahu kau pengecut jadi tetap tinggal di sini, ya." Gaeun tersenyum miring dan menepuk pundak Hyunwoo.
"Apa?! Aku bukan pengecut!" teriak Hyunwoo ke arah Hari dan Gaeun yang sudah berlari memasukki hutan sambil tertawa. Tawa mereka terdengar jelas di telinga Hyunwoo.
Di sini, Hari dan Gaeun bersembunyi di balik semak-semak. Hari memperhatikan pohon itu, lalu ia terkejut bukan main. Dia melihat anak laki-laki berpakaian hitam berdiri tepat dibalik pohon itu.
"Kanglim." Hari menutup mulutnya tak percaya.
"Apa?" Gaeun ikut melihat ke arah yang dilihat Hari.
"Benar, tetapi ...." Gaeun merasa ada yang tidak beres.
Hari berdiri, dan memanggil nama Kanglim. Kanglim menoleh, kemudian melambaikan tangan kepada Hari, isyarat Hari harus mendekatinya. Hari paham itu dan mulai berjalan, tapi Gaeun menahannya.
"Jangan, Hari!"
Hari melepas tangan Gaeun. "Aku mohon, Gaeun, sepertinya Leon berhasil menyela ...." Hari menutup mulutnya.
"Apa maksudmu?" Gaeun mengerutkan dahi.
"Tidak, maksudku aku harus bertemu Kanglim. Jangan hentikan aku, ya." Hari berjalan ke arah Kanglim berdiri.
"Ta-tapi ... Hari!" Gaeun pasrah.
Hari tak mengedipkan mata sama sekali setelah berada di hadapan Kanglim.
"Apa kabar, Hari?"
Hari tak bisa menjawab, dia kehilangan kata-kata. Dia gemetar.
Kemudian Kanglim mengulurkan tangannya ke hadapan Hari.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hari, ayo ikut denganku," ucap Kanglim sembari tersenyum ke arah Hari.
Hari yang entah mengapa seperti terhipnotis, langsung memegang tangan Kanglim.
"Ha-Hari! Jangan, hei sadarlah! Hari itu bukan Kanglim!" teriak Gaeun histeris yang melihat asap hitam keluar dari tubuh Kanglim.
Sedangkan Kanglim melotot tajam ke arah Gaeun dengan tatapan mengerikan. Gaeun yang ketakutan langsung berlari keluar hutan.
"Ayo." Hari tersenyum, Kanglim menggenggam tangan Hari dan mereka berdua langsung menghilang.