AEGIS

882 65 13
                                    

"Nah, kau tunggu saja di sini." Setelah sampai, Hari mencari-cari sesuatu di tanah halaman rumah.

"Apa yang sedang kau cari?" Hyunwoo masih bingung.

Hari tak menjawab, dia terus mencari.

"Hyunwoo, bisakah kau gali tanah ini? Kumohon ...," Pinta Hari setelah menemukan tanda di atas tanah dekat semak-semak.

Benar, tanda itu adalah titik di mana Hari mengubur bagian kristal yang ia pungut setelah jatuh dari tangan Kanglim. Sudah sangat lama, tetapi tanda berwujud seperti bendera itu masih berada di sana walau bentuknya tak sempurna lagi.

"Aku?" Hyunwoo kaget. Dia ditarik ke sini, pertanyaannya tidak dijawab, sekarang harus menggali? Tunggu, apakah ... dengan tangan?? Hyunwoo tidak suka bermain tanah!

"Cepatlah, ini demi Kanglim!" Hari membuat wajah memohon yang pasti orang melihatnya akan merasa gemas. Tetapi tidak dengan Hyunwoo, dia merasa jijik.

"Err ... baiklah, baiklah." Hyunwoo mulai menggali tanah itu, sampai sesuatu bersinar.

"Ya! Cepat, ambil itu!" Hari bersorak melihat Hyunwoo telah menemukan kristalnya.

"Apakah ini yang kau cari? Wo, cantik sekali." Hyunwoo mengambil kristal tersebut dan membersihkannya dari tanah.

"Kristal ini? Untuk Kanglim?" Hyunwoo meneliti seluruh bagian kristal itu, Hari mengangguk. "Tapi, ini sepertinya terbelah?" lanjutnya.

"Bagian yang lain ada di ibu Sooyeon." Hari mengambil kristal itu.

"Cepat bersihkan tanganmu"

Hyunwoo membersihkan tangannya di sebuah sumur yang kebetulan ada di situ.

Setelah selesai, mereka berdua kembali ke rumah Hyunwoo.

Setiap perjalanan, Hari sangat bersemangat. Dia menari-nari memutar badannya. Sampai Hyunwoo bergumam, "Hari gila."

Untung saja ini tengah malam jadi tidak ada yang melihat kelakuan gadis itu.

Sampai di rumah Hyunwoo, Hari memberikan kristal itu kepada Sooyeon. Dia sangat berharap setelah itu Kanglim akan sadar.

"Terima kasih, Hari, tunggulah di sini." Sooyeon masuk ke kamar tamu.

Entah apa yang ia lakukan di dalam sana karena pintunya ditutup, tetapi dari pendengaran Hari sepertinya dia sedang membaca mantra.

"Hah— apa?! Mengapa ini tidak berfungsi??" Sooyeon kaget setelah saat dia menyatukan kedua kristal itu, bukannya cahaya semakin besar justru malah menghilang. Dan saat Sooyeon membaca mantra, tidak ada kekuatan yang keluar dari situ.

"Seharusnya jikalau terkena kekuatan jahat pun, kristal ini masih bisa berfungsi dan bercahaya sebagaimana mestinya. Namun, ini, apakah ...."

Sooyeon keluar kamar, dan bertanya kepada Hari, "Hari, apakah ini benar-benar kristal yang kau ambil waktu itu?"

Hari mengangguk. "Benar, aku ingat betul di mana aku memungutnya dan menguburnya. Apakah ada sesuatu yang salah?"

Kini Sooyeon yang mengangguk. "Setelah kugabungkan, kekuatannya tak berfungsi. Apa lagi, cahayanya malah menghilang!"

"La-lalu, jika itu tidak berfungsi apakah ... apakah ...."

"Kita tak bisa menyelamatkan Kanglim, aku tak tahu harus melakukan apa lagi."

Setelah mendengar itu, Hari mendadak terhuyung dan jatuh tak sadarkan diri. Yah, untung Hyunwoo menangkapnya.

"Hari, kau kenapa?" Hyunwoo khawatir.

"Nak, jaga Hari. Bibi akan mencari cara lain agar jiwa Kanglim kembali." Sooyeon pergi keluar.

Hyunwoo mengangguk dan membawa Hari ke sofa ruang tamu. "Kau ini meresahkan, tapi kau temanku." Setelah menggletakannya, Hyunwoo mencari-cari air untuk membangunkan Hari.

Setelah ketemu, dia menciprat-cipratkan air tersebut ke wajah Hari. Namun, Hari tetap tidak sadar.

Akhirnya Hyunwoo menyerah dan lebih memilih menonton TV.

Ada temen kesusahan nonton tipi lu tong, sinetron ajab nih.

Jangan salah, jam segitu memang sudah ada siaran di televisi.

Sementara itu, Sooyeon tak tahu harus kemana. Di tengah kebingungannya, dia melihat Leon yang sudah kembali dari pos aegis sedang berjalan.

"Dia ... dari pakaiannya aku bisa menebak dia adalah anggota aegis." Sooyeon menghampiri Leon.

"Kau seorang aegis?" tanya Sooyeon to the point.

Leon yang sedikit terkejut melihat Sooyeon menjawab, "Benar. Dan apakah Bibi pengusir makhluk dari timur? Maksudku, ibunya Kanglim?" Ralat, Leon balik bertanya.

Sooyeon mengangguk. "Kau tahu sesuatu tentang kristal saengma ini?"

"Ya, ketua pimpinan aegis pernah mengajarkan itu padaku. Dia bilang, kristal saengma adalah kristal yang diciptakan oleh raja bawah tanah sebelum ia menjadi jahat untuk membantu manusia yang kesulitan melawan makhluk. Namun, karena para makhluk tak suka maka raja bawah tanah membelah kristal itu menjadi dua. Satu bagian ada di danau hitam dan bagian lain ada di sebuah gubuk di tengah hutan—"

Tiba-tiba Sooyeon memotong, "Apa maksudmu, di sebuah gubuk tengah hutan??"

Leon mengangguk bingung. "Dan dia telah membuat kloningannya, kristal palsu yang ia letakkan di bawah sebuah pohon besar di tepi hutan. Gunanya agar manusia sulit menemukan mana yang asli dan yang palsu, tetapi kami para aegis sudah mengetahuinya."

"Klon?? Palsu? Jadi ... pantas saja. Yang aku gabungkan adalah bagian kristal palsu, oleh sebab itu kekuatan kristal ini bukannya semakin kuat malah semakin melemah." Sooyeon mengacak rambutnya.

"Lalu gubuk itu, sepertinya ... aku tahu di mana! Dulu saat mencari Kanglim di tengah hutan, aku hampir masuk ke dalam gubuk itu! Ya, aku akan ke sana."

"Bolehkah aku ikut denganmu, Bi?" Leon menawarkan.

"Ya, itu lebih baik. Ayo."

Setelah itu mereka berjalan menuju hutan di bukit di mana gubuk itu berada.

•••

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang