SARANGHAE.

971 72 46
                                    

Sooyeon keluar membawa sebuah batu hitam. Maksudnya, kristal yang telah berkamuflase terhadap tempat di mana ia disimpan. Dia beradaptasi dengan tempat gelap tersebut, oleh sebab itu cahayanya sangat redup dan menghitam mengikuti tempatnya berada. Namun, Sooyeon tak perlu susah-susah mengenalinya karena dia bisa merasakan kekuatan kristal itu.

Ah, buat yang nanya, "Kalau Sooyeon bisa ngerasain kekuatan kristal itu, kenapa sampai enggak tau yang Kanglim simpen itu palsu? Bukannya kekuatannya beda?" Jawabannya tuh, si Raja Bawah Tanah emang udah ngyiptain klon tiruan itu sedetail mungkin dan semirip mungkin dengan yang asli termasuk kekuatannya juga. Tapi hanya kekuatan yang bisa dirasakan, tidak bisa digunakan seperti fungsi dari kekuatan kristal aslinya.

"Sudah selesai, mari kita kembali."

Leon mengangguk, kemudian mereka berjalan menuju arah keluar yakni pintu dari gubuk tadi.

"Ternyata cukup mudah mendapatkannya, hanya perlu otak pintar dan ketelitian saja." Leon berpikir.

Terlihat sebuah pintu kecil, tidak salah lagi itu adalah pintu keluar dari neraka ini. Sooyeon dan Leon bergegas menggapai pintu itu, ya mereka berhasil.

"Aku akan mengunci gubuk ini agar tidak ada sembarang orang yang masuk."

Sooyeon kembali mengeluarkan kartunya dan menempelkannya ke pintu gubuk dilanjutkan dengan mantra yang ia ucapkan. Seketika gubuk itu menghilang, bukan menghilang tetapi tertutup oleh ilusi.

Leon kagum melihat kekuatan Sooyeon.

"Tapi, Bi-"

Belum sempat Leon selesai bertanya, Sooyeon langsung memotongnya, "Bertahan lama, sekarang cepat kita kembali."

Iya, mereka kembali melewati jalan tadi ketika mereka pertama ke hutan.

---

Pukul 3 dini hari.

Hari sudah sadar sekarang, dia sedikit pusing. "Hyunwoo ambilkan aku air ...," ucapnya yang masih setengah bangun seraya memijat kedua pelipis matanya.

Benar, Hari ingat dia di rumah Hyunwoo sekarang dan dia ingat apa yang menyebabkan ia pingsan tadi.

"Sudah bangun kau rupanya, sebentar." Hyunwoo mematikan TV dan beranjak menuju dapur.

Hari membenarkan posisi duduknya, melihat sekitar dan menarik napas kemudian mengeluarkannya lagi.

"Benar, sekarang waktunya ibu pulang. Aku harus sampai di rumah sekarang." Hari berdiri.

"Tapi ... bagaimana dengan Kanglim?" Hari kembali duduk.

Dia bimbang, pulang atau tetap di sini?

Kalau kalian ada di posisi Hari, bakal balik takut kena marah emak atau tetap di sini nunggu crush/pacar/blablabla kalian yang lagi sakit parah sembuh?

Kalau diriku, sih, ya balik, lah.

Di tengah kebimbangannya, datang wanita paruh baya bersama seorang anak laki-laki. Benar, tidak salah lagi, Sooyeon dan Leon sudah kembali.

Hari berdiri lagi dan menghampiri Sooyeon.

"Ternyata kau sudah sadar, Hari." Sooyeon tersenyum.

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang