MASIH KECIL [end]

1.2K 73 76
                                    

"Bu," lirih Hari yang keluar dari rumah, raut wajahnya terlihat sangat sedih, matanya juga sembab. Iya, karena habis nangis.

"Kenapa? Lusuh sekali."

Hyunwoo yang melihatnya juga merasa sedih, sebenarnya dia tengah tertawa dalam hati. Tertawa karena, haruskah obat seseorang untuk kembali ke dunia itu air mata dari orang tersayang? Dan orang itu harus menangis? Tak habis pikir. Yang lain juga memikirkan hal itu, sih. Tapi ya, terkadang kita harus melakukan hal aneh demi orang yang kita sayangi.

"Ada apa, Hari?" tanya Sooyeon lembut.

"Aku malu," bisik Hari pelan dengan pipi yang memanas.

"Dan khawatir." Hari memeluk Sooyeon.

"Kenapa? Kita tunggu saja, ya, jika dalam setengah jam Kanglim belum sadar maka-"

Hari menutup bibir Sooyeon dengan jari telunjuknya. Kemudian memilih kembali ke dalam pelukan.

Sooyeon tersenyum. "Kalian tidak mau pulang? Sudah sangat malam."

Gaeun membulatkan matanya dan memukul lengan Hyunwoo yang berada di sampingnya. "Benar, bagaimana nasib chiki- maksudku tenda kita?!"

Hyunwoo menoleh. "Ya sudah, ayo ke sana sekarang."

Kemudian mereka berpamitan kepada Sooyeon dan Hari, mereka tahu Hari takkan mau pulang.

"Nanti aku bilang kepada orang tuamu kau menginap di rumahku ya, Hari. Lagi pula besok juga libur."

Gaeun memeluk sahabatnya itu, Hari mengangguk. Setelahnya dia pergi bersama Hyunwoo kembali ke tenda mereka yang ternyata lumayan dekat dari sana dengan senter yang Sooyeon berikan sebelumnya.

"Lalu kalian berdua?" Sooyeon yang masih memeluk Hari menatap Leon dan Heewon bergantian.

"Aku ... ikut menunggu di sini," jawab Leon tersenyum.

Heewon menatap Leon sebentar, kemudian beralih ke arah Sooyeon.

"Aku juga, o-orangtuaku takkan mempermasalahkan hal ini. Aku sudah biasa keluar malam," ujar Heewon yang melirihkan kalimat terakhir.

Sooyeon mengangguk. "Aku tahu. Kau seekor gumiho, kan?"

Heewon dan Leon sontak terkejut. Heewon menggaruk pipinya. "Ehm ...."

Sooyeon menepuk bahu Heewon kemudian membawa Hari masuk.

Sementara Heewon dan Leon memilih duduk di sebuah batang kayu yang ada di sana.

"Leon," panggil Heewon lembut.

Suaranya, begitu halus. Leon tak pernah merasakan ini sebelumnya, ada orang yang memanggilnya dengan perasaan tulus.

"Ya?" Leon mengusap rambutnya ke belakang, Heewon mengalihkan pandangan.

"Tidak jadi," ujarnya kemudian.

Leon terkekeh, dia berpikir pasti Heewon salah tingkah. Nyatanya, Heewon mengalihkan pandangan karena baju Leon yang robek pas di bagian dada. Heewon merasa kurang enak melihatnya, sepertinya juga Leon tak sadar. "Huh, untung Leon laki-laki."

"Heewon, ada bintang jatuh!" Leon menepuk pundak Heewon dengan mata yang menatap ke arah sebuah objek di langit sana.

Heewon mendongak, ikut menatap arah yang Leon tunjuk.

"Kau tahu, Heewon, ada mitos percaya jika kita membuat keinginan saat bintang jatuh maka keinginan itu akan dikabulkan?" Leon menatap Heewon yang masih kagum.

Heewon mengangguk kemudian memejamkan matanya.

"Bisakah aku menjadi manusia seutuhnya? setidaknya sebentar saja," doanya dalam hati.

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang