Di rumah Dillan
"DIIILLLLAAAANNN !!!"
"God damn it!" Dillan terbangun saking kagetnya dan melihat kembarannya memandang datar padanya.
"What?!" Lelaki itu balas menjeriti Dita. Telinganya sampai berdenging.
"What, sis?" Dillan mengerang dan bertanya dengan tidak sabaran. "Aku ngantuk Dita. Just get off."
Dillan sangat jengkel karena Dita hanya menanggapi kekesalannya dengan tawa bising yang menyebalkan. Sebaiknya memang ada hal yang serius jika Dita sampai nekat membangunkannya dengan cara sangat bar-bar seperti tadi.
Dita belum berhenti tertawa meskipun Dillan sudah sangat ingin tau hal apa yang membuat kembarannya itu mengusiknya ditengah pagi buta setelah semalaman tidak tidur karena hang out dengan teman-teman lamanya sampai pagi.
"Stop, Dit." Dillan memperingatkan karena tidak ada tanda-tanda Dita akan berhenti tertawa. "Aku baru tidur jam 4 pagi tadi."
Dillan baru saja pulang dari Australia seminggu yang lalu. Sebenarnya Dillan berencana akan pulang ke Indonesia baru bulan depan. Tapi karena pernikahan Dita tidak mungkin menunggunya, maka lelaki itu mempercepat kepulangannya.
"Kamu beneran pacaran sama Alia?" tanya Dita tiba-tiba serius setelah berhenti tertawa.
"Shit!" Dillan kembali mengumpat. "Jadi kamu ngebangunin aku, cuma mau nanya hal begituan? Really, sis. Gak penting banget pertanyaan kamu."
"Dillaaann, aku serius nanya." Dita mulai naik ke ranjang Dillan dan mengguncang-guncangkan tubuh kembarannya ketika lelaki itu mencoba kembali tidur dan mengabaikannya. Kembaran Dillan itu sepertinya tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban Dillan.
Dengan kesal Dillan mencoba membuka matanya. "Emang kenapa?"
"Kok bisa?" tanya Dita ingin tau. Ada kekesalan mutlak diwajah cantiknya. "Kenal dimana kamu sama dia?"
Ya, dita adalah kembaran Dillan.
Mereka memang lahir dihari yang sama dan memiliki paras yang sama. Mata coklat muda yang sama, hidung yang sama, rambut kemerahan yang sama dan bibir yang sama. Bahkan lesung pipi yang sama. Hanya saja Dillan dikiri dan Dita disebelah kanan.Well, semua orang bakalan setuju kalau mereka berdua itu memang sama-sama memiliki paras yang menarik. Bahkan postur tubuh mereka berdua pun sudah sangat ideal tanpa harus menjalankan operasi plastik ataupun suntik silikon.
Tapi, walaupun nyaris dibilang kembar identik, mereka memiliki watak yang berbeda. Jika Dita jelas lebih menonjolkan kecantikan fisik dan memanfaatkan anugerah itu secara berlebihan, Dillan malah sama sekali tidak tertarik melakukannya.
Dita terlalu ambisius dalam hal percintaan, jika dia mengincar seseorang, dia pasti akan mendapatkannya. Tidak perduli siapa dan apa yang disakitinya. Sedangkan Dillan, dia merasa tidak perlu terlalu ambisius dalam hal cinta. Toh, tanpa dipaksa para gadis-gadis akan berlari kepelukannya.
"Ya bisalah, apa sih yang aku gak bisa?" jawab Dillan cengengesan. Dita jelas tidak puas dengan jawaban adik kembarnya itu.
"Emang kamu gak laku lagi atau kamu lagi buat percobaan apa sih?" Dita memandang Dillan sengit.
Dillan hanya tertawa geli mendengar nada suara Dita. Ingatan Dillan lari ke gadis montok bernama Alea, atau Aluna atau siapa pun namanya itu. Ada yang lain dari sorot mata gadis itu ketika memohon bantuan Dillan untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. Dan kalau tidak salah dia mengatakan bahwa Sakti itu cinta matinya dan menyebut Dita nenek sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I love you
RomanceAlia, 22 thn. Tidak tinggi, tidak cantik dan gendut. Dillan, 25thn. Tinggi,tampan dan playboy Ini bukan cerita novel yang pemeran utamanya selalu cantik dan sempurna. ini adalah realita ketika the beauty and the beast bertemu. Eumm, mungkin menjadi...